"Kenapa minta maaf?" tanya Arkan menyembunyikan senyum di wajahnya,
"Maaf Arkan," ucap Rain hampir menangis. Disamping ke gugupannya ia juga merasa sedikit takut karena Arkan tidak tersenyum padanya. Ia takut Arkan marah padanya karena ia sudah dengan lancang mencium punggung tangan Arkan tadi. Ia benar - benar merutuki kebodohannya, namun dari hati yang terdalam ia sama sekali tidak menyesal melakukan itu.
"Iya, Maaf buat apa?" tanya Arkan dengan nada suara yang dingin. Entah kenapa terlintas di otaknya untuk mengerjai Rain. Ia ingin mempermainkan Rain kali ini. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Rain ketika dirinya marah. Apakah akan menangis? Tidak tahu, kita lihat saja nanti.
"Tuh kan Arkan marah," ucap Rain dengan nyali yang menciut, ingin rasanya ia menangis sekarang juga. Ia memang sangat lancang sudah berani mencium punggung tangan Arkan tanpa izin. Namun ia refleks dan tidak sengaja. Ia tidak tahu lagi harus menghibur Arkan dengan cara apa, jadi itulah yang ia lakukan.