"Iya mama, makasih ya, Rain pamit." ucap Rain tersenyum lalu membalikkan badannya dan berjalan menjauh.
Rain berjalan perlahan menyusuri jalanan dan menjauh dari rumah Arkan. Tak lupa ia mengambil sepeda gayungnya dan di dandannya ke rumahnya. Jam segini hanya ada asisten rumah tangganya saja, memangnya ia mengharapkan ada siapa? Orang tuanya? Tidak mungkin. Mungkin Rain sudah di lupakan dan dianggap tak ada.
Sesampainya di depan pintu utama, Rain membuka pintunya dan masuk. Ia langsung disapa oleh asisten rumah tangganya, dan ia hanya menanggapinya dengan senyuman saja. Andai saja yang menyapanya itu adalah orang tuanya pasti ia akan sangat senang dan gembira. Sayangnya itu hanyalah impian belaka, impian yang tak mungkin terwujud. Ia langsung nyelonong masuk ke kamarnya tanpa banyak berkata lagi. Asisten rumah tangganya juga tahu betul sifat anak majikannya yang tak suka banyak bicara.