Chereads / G.X New Impact / Chapter 15 - Y-MIR

Chapter 15 - Y-MIR

Kami memasuki gerbang menuju dimensi lain, dimensi yang belum pernah kulihat sebelumnya. Setelah kami keluar dari gerbang hal pertama yang kami lihat adalah tanah tandus, tempat kami berpijak bukanlah tanah, tapi ini adalah lahar yang mengeras dan disela-selanya masih ada beberapa lahar yang masih menyala. Tempat macam ini?

"Dimensi ini cukup aneh, tidak seperi dimensi lain yang pernah kusinggahi sebelumnya."

"Kau sudah pernah berpergian seperti ini sebelumnya?"

"Ya, beberapa kali. Tapi tempat ini sama sekali tidak ada pemandangan lain selain lahar yang mengeras, dimensi lain biasanya terlihat seperti bumi."

Kami mulai berjalan mengikuti jejak bayangan yang ada di tubuhnya Jasmine, semakin mendekat dengan lokasinya semakin panas suhu tempat ini.

"Sial! panas sekali, ini dimensi terburuk yang pernah kukunjungi."

Aku sedikit kasihan dengannya, Shin dari tadi terus-terusan mengeluarkan keringat yang sangat banyak, sedangkan aku sama sekali tidak merasakan panas karena energi Gen.X yang mengalir di tubuhku ini sedingin es. Kuputuskan untuk menggunakan sedikit Gen.X milikku untuk menyejukkannya, setidaknya hanya ini yang bisa kugunakan untuk membalas bantuannya.

"Rain!"

"Wow! Apa ini?"

"Itu salju, walaupun sedikit setidaknya bisa membuatmu sejuk."

"Pantas saja dari tadi kau tidak kepanasan ya, terimakasih Snow."

Kami kembali berjalan, dan tepat didepan kami ada sebuah batu besar yang membentuk singgasana, dan yang duduk diatasnya adalah Rocka.

"Aku terkesan kalian bisa sampai ke tempat ini, padahal dimensi ini sangat susah dijangkau."

"Dimana Jasmine?!"

"Oh, maksudmu perempuan itu? Dia ada di belakangku."

Kami melihat Jasmine yang diikat dengan rantai, bahkan lehernya juga dipasangkan kalung tahanan, yang membuatku lebih sakit adalah dia dalam keadaan pingsan dan tubuhnya penuh luka memar.

"Keparat! Apa yang kau lakukan padanya?!"

"Apa? Dia dari kemarin memberontak terus, jadi aku sedikit memberinya hukuman. Tenang saja, aku tidak berniat membunuhnya karena dia sangat berguna untuk kami."

"Kami?"

"Apa yang kau maksud itu N.E.O?"

"Oh, kau hebat sekali anak baru! Kau sampai bisa tau nama organisasi kami, biar kutebak... pasti Zero yang memberitahumu, aku benar kan?"

Bagaimana dia bisa tau?!

"Sekarang ini aku sedang menunggu seseorang dan ini membuatku sangat bosan, bagaimana kalau kalian menghiburku dengan kemampuan kalian? Oh, maaf ya... aku lupa kalau kalian itu sangat lemah."

Orang ini, dia sangat merendahkan kami. Aku benar-benar ingin menghajarnya, tapi dengan kemampuanku saat ini... aku tidak mungkin menang.

"Bagaimana kalau saya saja yang menghiburmu?"

"Oh assassin! Apa kau masih menyimpan kekuatanmu yang sebenarnya?"

"Ini bukan kekuatan saya yang sebenarnya, tapi saya yakin ini bisa mengimbangi kekuatanmu."

"Hahaha! Aku sangat tertarik mendengarnya, lakukan sekarang."

"First Gate, I am an evil, always killing others indiscriminately, I am the master of the night, no one can escape from my eternal darkness. First Form, Saisho no Kiba!"

Seketika ada bayangan yang sangat besar dan melunjang tinggi menutupi tubuhnya Shin, beberapa saat kemudian bayangan itu lenyap dan Shin terlihat berbeda. Kulitnya jauh lebih pucat dari sebelumnya, rambutnya berubah menjadi berwarna silver dan sedikit lebih panjang dari sebelumnya, kornea matanya yang berwarna ungu itu kini bercahaya, dan pupil matanya membentuk pupil mata... serigala.

"Kapan terakhir kali wujud ini terpakai ya?"

"Wow! Keren sekali assassin!"

"Terimakasih pujiannya, sekarang yang harus saya lakukan adalah..."

"Eh?"

Shin tiba-tiba menghilang, dan saat aku tersadar Rocka sudah tumbang!

"Keren! Kau hebat Shin!"

"Jangan senang dulu, dia masih bisa bangkit."

Rocka berusaha bangun, walaupun wajahnya terluka tapi dia terlihat sangat senang setelah menerima serangan dari Shin tadi.

"Hahaha! Hebat! Baru pertama kali ini aku dibuat tumbang dengan sekali serang, siapa namamu assassin?"

"Shin."

"Shin! Ya, akan kuingat namamu dan nama itu akan tercatat dalam sejarah sebagai satu-satunya manusia yang bisa menumbangkan dewa Ares dengan sekali pukul."

"Tunggu! Ares katamu!"

"Ya, dan sekarang namamu itu akan masuk kedalam barisan nama musuh dewa Ares yang gugur di medan pertempuran!"

"Celaka! Snow lari..."

Shin dipukul dengan tangan kosong, dia terpental cukup jauh.

"I am the source of strength, I am the king of war, no one can escape from me, I am the god of war who rules the earth, Ares!"

Ada 2 portal berwarna emas muncul, portal tersebut melapisi kedua lengannya kemudian lenyap. Dari lengannya muncul sepasang Gloves, dari Gloves itu mengeluarkan api dari sela-sela retakannya. Seketika dia merobek bajunya sendiri dan kulihat ada tattoo aneh berwarna merah menyala mulai tumbuh dari lengan dan lehernya.

"Ayo! Bangkit dan lawan aku, Shin!"

Dia melesat menghampiri Shin dan mulai menyerangnya bertubu-tubi, dan Shin terlihat dapat mengimbangi gerakannya. Pertarungan yang sangat dahsyat, inikah kekuatan Gen.X yang sesungguhnya?!

***

"Ayo! Ayo! Ada apa?! Cepat dan cobalah untuk membunuhku! Shin!"

Sial, kalau tau dia adalah Ares aku tidak akan meladeninya tadi. Tapi semua sudah terjadi, aku tidak akan kalah!

"Merupakan sebuah kehormatan bagi saya bisa melawanmu, dewa Ares."

"Oh... rupanya kau tau siapa diriku ya."

"Ya, dewa Ares adalah dewa perang dalam cerita mitologi. Anda dikenal dengan dewa yang sangat haus akan darah dan anda adalah dewa yang tak kenal ampun pada lawannya, anda adalah dewa paling kuat diantara dewa-dewi lainnya."

"Ho... kau pintar memuji juga ya."

"Tapi.... anda adalah perwujudan dari pembunuhan dan kekejaman, karena sifat anda yang arogan sangat jarang ada yang mau menyembah anda. Dengan kata lain, meskipun kau sangat kuat tapi kau sangat dibenci oleh kaummu!"

Aku sedikit memancingnya, jika ini berhasil aku yakin dia akan sangat marah dan mengeluarkan kekuatan penuhnya. Dan saat pengguna Gen.X yang memiliki soul seorang dewa menggunakan kekuatan penuhnya, maka dia tidak akan bertahan lama karena kehabisan energi. Saat itulah aku akan membawa Snow dan Jasmine pergi dari sini, sekarang mari kita lihat bagaiamana hasilnya.

"Hahaha!"

Dia tertawa? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Tepat! Semua yang kau katakan itu benar Shin, dan semua orang yang tidak mau lagi menyembahku sudah kubunuh."

Apa?! Tapi, kenapa?!

"Bukankah saat para dewa tidak memiliki pengikut, mereka akan lenyap?"

"Kau benar, tapi setidaknya hanya butuh satu pengikut saja untuk membuat eksistensiku tetap ada. Dan satu-satunya orang yang masih mempercayaiku adalah aku sendiri, dengan kata lain adalah Rocka itu sendiri."

"Apa?! Tidak mungkin hanya satu orang saja bisa membuatmu..."

"Kau benar lagi, memang jika hanya satu orang saja maka akan sangat tipis kekuatanku. Tapi bagaimana jika satu orang itu memiliki kebencian dan rasa haus darah yang sangat tinggi? Maka hanya dengan dirinya saja aku bisa tetap ada, sekarang ini kami adalah satu orang dan satu kesadaran. Kau tau kan apa artinya?"

"Tidak mungkin..."

Sangat mustahil kontrak bisa membuatnya menyatu dengan soulnya sendiri, terlebih mereka telah menjadi satu kesadaran. Jika ini benar, maka Ares sudah bangkit kembali ke dunia fana dengan wujud manusia. Sial! Ini sangat berbahaya!

"Baiklah, sekarang waktunya serius."

"Oh, jadi dari tadi kau tidak serius ya Ares."

"Tentu saja, kau hanyalah serangga kecil disini."

"Kalau begitu aku akan mulai serius juga, Ares!"

Aku mulai dengan menyerangnya bertubi-tubi, sampai dia terdorong mundur. Dia sama sekali tidak melakukan perlawanan dan hanya menangkis semua seranganku, anehnya lagi dia sangat menikmati semua serangan tadi.

"Rasakan ini! Jigoku no Okami!"

Jigoku no Okami adalah salah satu kemampuanku, ini berwujud seperti mulut serigala bayangan yang sangat besar dan akan melahap target seranganku dan menyeretnya ke neraka. Setiap makhluk hidup yang terkena serangan ini tidak akan bisa hidup lagi, kalaupun bisa ia hanya akan menjadi mayat hidup.

"Wow! Besar juga mulut serigala yang mengelilingiku ini."

"Ada kata-kata terakhir?"

"Lakukan."

"Tenggelamlah!"

Dia sudah ditelan, dengan begini dia sudah mati. Tapi aneh sekali, apa dewa perang bisa dengan mudah dikalahkan hanya dengan 20% kekuatanku?

"Akhirnya, untuk sementara aman. Aku harus segera menyusul Snow, dan segera membawa mereka keluar dari sini."

Saat ingin melangkah, tiba-tiba saja kakiku ditarik oleh sesuatu, ini... tangannya! Tapi bagaimana bisa?!

Dia menarikku kedalam tanah, dan menyeret tubuhku kedalam tanah. Sial, aku tidak bisa melawan!

"Ho... ra!!"

Aku dilempar ke udara, dengan cepat dia melompat dan memukulku ke tanah dengan Gloves'nya itu. Tanah tempatku dihempaskan hancur, dan dari dalamnya keluar lahar panas yang sangat banyak. Lahar ini membakar baju sekaligus punggungku, panas! Sial! Ini sangat panas!

Berkali-kali aku mencoba bangkit tapi tubuhku ditahan olehnya, dan dengan wajah gembira dia mulai memukuli wajahku. Glovesnya sangat keras dan panas, sepanas lahar ini. Sial! Sial! Sial!

"Hora! Hora! Hora! Ayo Shin! Menggeliatlah seperti cacing! Dan matilah dengan menjijikkan!"

Sial, aku tidak bisa menahan ini lagi...

"Lepaskan dia!"

Ada bongkahan es yang sangat besar menghantamnya, dan itu membuatnya terlempar sangat jauh. Dengan melihat serangan tadi aku bisa tau, kalau tadi itu adalah Snow.

***

"Shin! Kau tidak apa-apa?!"

"Snow... itu..."

"Ya, itu tadi adalah esku."

"Yang kau gendong itu... Jasmine? Bagaimana keadaanya?"

"Ya, aku berhasil memotong rantainya dan dia baik-baik saja, dia hanya kelelahan."

"Syukurlah..."

Tubuhnya Shin penuh dengan luka bakar.

"Shin..."

"Ada apa Snow?"

"Luka bakar itu... apa itu perbuatan Rocka?"

"Ya, tapi tidak apa-apa hanya luka kecil."

Aku sedikit menampar lukanya.

"Sakit! Woi!"

"Kalau sakit itu berarti memang luka serius, bodoh."

Aku mengambil kotak yang diberikan Kak Hana, dan memberikannya kepada Shin.

"Apa ini Snow?"

"Serum penyembuhan dari Kak Hana, pakai satu untukmu dan satu untuk Jasmine. Jatahku sudah kuambil duluan, saat aku menyerang Rocka kau obatilah Jasmine dan persiapkan gerbang untuk kembali."

"Hei hei hei, kau tidak berencana melawannya sendiri kan?"

"Santai saja, aku akan mencoba bertahan sampai kau selesai menyiapkan gerbangnya. Kalau begitu, sampai ketemu lagi."

"Woi Snow! Tunggu dulu..."

***

Aku berlari menghampiri Rocka yang sedari tadi masih terseret esku, saat mendekatinya aku memberikan bongkahan es yang lebih besar diatasnya dan menghantamkan tubuhnya ke tanah.

"Makan ini! Rocka!"

Hantaman es ini cukup kuat, dan sekarang dia terkubur dalam bongkahan esku. Tapi...

"Bangun Rocka, aku tau kau masih hidup."

Perlahan esku mulai mencair, dan rocka berdiri diantara uap air yang ditimbulkan oleh esku yang menguap.

"Yeah! Terimakasih esnya, tubuhku jadi sedikit lebih sejuk sekarang."

"Hahaha... aku sama sekali tidak berniat menyejukkan tubuhmu."

"Kau jadi sedikit lebih baik ya anak baru, apa kau berhasil membuat kontrak?"

"Tidak, masih belum. Aku hanya memanfaatkan kekuatannya saja, dan namaku bukan anak baru, namaku adalah Snow."

"Hahaha! Kau membuat perutku sakit! Namamu itu masih belum pantas diucapkan oleh mulutku yang agung ini, karena kau masih belum bisa membuatku tumbang."

Sial, dia sombong sekali. Terserah dia mau mengatakan apa, yang terpenting sekarang aku harus menahannya selama mungkin sampai Shin selesai dengan gerbangnya.

"Akan kubuat kau mau mengatakan namaku, jadi bersiaplah!"

"Hahaha! Kau bercanda kan?"

Aku menggunakan Gen.X lamaku untuk melesat kearahnya dan mulai menghajarnya, aku memukulnya ke depan dan ikut melesat ke depan kemudian memukulnya kembali kebelakang, aku melakukannya berkali-kali selama mungkin. Tapi yang membuatku kesal adalah dia dari tadi hanya tertawa menerima seranganku, apa ini terlalu lemah untuknya?

"Hahaha!"

"Sial! Ini untuk penutupan."

Aku berpindah kebawahnya dan menendangnya ke langit, dia terlempar sangat tinggi.

"Oh? Hebat juga."

"Y-MIRai!"

Dengan kemampuan es, aku membuat menara es yang sangat tinggi untuk menyusulnya dan saat berada pada ketinggian yang sama aku menghempaskannya ke tanah dengan Spearku, lalu aku menujamnya dengan es yang sangat besar dan tajam.

"Musnahlah!"

Esku dengan cepat menusknya dan membuat tanah lahar yang membeku itu hancur, serangan itu mengakibatkan banyak lahar panas keluar, namun lahar-lahar itu langsung mengeras saat menyentuh esku.

Aku kembali turun ke bawah untuk mengecek apakah dia benar-benar mati sekarang, saat sampai aku melihat banyak darah melapisi tanah disekitarnya. Dengan begini selesai sudah, aku harus segera menghampiri Shin.

***

"Shin!"

"Snow, bagaimana dengan Ares?"

"Ares?"

"Orang yang kau lawan tadi."

"Oh maksudmu Rocka, dia sudah mati."

"Hah?! Itu tidak mungkin."

"Memangnya kenapa?"

"Ares... maksudku Rocka tidak akan bisa kalah semudah itu, perlu Gen.X dan soul dengan kekuatan yang setara untuk membunuhnya. Atau jangan-jangan... Snow! Katakan padaku siapa nama soulmu?"

"Eh? Ya, namanya Y-Mir."

"Y-Mir? Dia bukanlah dewa, tapi bagaimana bisa..."

"Aku tidak terlalu paham dengan apa yang kau bicarakan, oh ya! Bagaimana keadaannya?"

"Aku sudah memberinya serummu, seharusnya sebentar lagi dia sadar."

Syukurlah, semoga Jasmine cepat sadar.

"Kau jagalah Jasmine, aku akan menyiapkan Gerbang pulang."

"Apa energimu cukup? Kalau kurang beristirahatlah dulu."

"Tidak, ini sudah cukup untuk sekali perjalanan. Dan juga kita harus cepat, kita tidak tau apakah dia benar-benar sudah mati atau hanya pura-pura."

Shin mulai membuka gerbang, aku sedikit mengistirahatkan kakiku. Jujur saja saat menyerangnya tadi kakiku sangat sakit, tapi tetap kupaksakan karena kalau lengah sedikit saja aku bisa mati disana.

"Snow?"

"Jasmine!"

Dia sadar! Syukurlah, dia baik-baik saja.

"Syukurlah kau sudah sadar Jasmine."

"Gerbang sudah siap! Ayo kita harus cepat!"

"Ayo jasmine, kita harus pergi dari sini."

Saat ingin kubantu berdiri dia menampar wajahku, tamparannya sangat lemah tapi terasa sangat sakit.

"Jas... mine?"

"Jangan menyentuhku!"

"Hei Kalian berdua! Ada apa ini?!"

"Jangan mendekat!"

Jasmine... baru pertama kali ini aku melihatnya sangat marah, tatapannya kepadaku seperti sedang melihat mahkluk menjijikan. Kenapa?

"Kau jahat... kau sangat jahat Snow!"

"Hei! Jangan memperlambatku dan Snow, kita harus segera pergi dari sini!"

Shin hendak menarik tangannya, tapi sesegera mungkin aku mencegahnya.

"Kau kenapa Snow?! Kalau kita berlama-lama dia bisa..."

"Sst... serahkan ini padaku, kau tunggu saja di depan gerbang."

Aku sedikit menunjukkan kode tangan kepadanya kalau ini adalah urusan yang harus kuselesaikan sendiri.

"Baiklah, tapi jangan lama-lama."

"Ya."

Shin berjalan menjauh, sekarang yang perlu kulakukan adalah...

"Jasmine..."

Dia memalingkan wajahnya, berkali-kali aku mencoba meraih tangannya tapi dia selalu menolak.

"Ke... napa?"

Dia menangis, rambutnya yang berantakan itu mungkin bisa menutupi matanya tapi aku bisa melihat tetesan air mata mengalir di pipinya.

"Kenapa kau menipuku?"

"Aku tidak paham maksudmu..."

"Jangan berlagak bodoh! Kau hanya ingin memanfaatkanku kan! Kau mendekatiku! Menjadikanku temanmu! Semua itu hanya untuk memenuhi pekerjaanmu kan! Dan pekerjaanmu itu adalah untuk mengawasiku sebagai target dari tempatmu bekerja aku benar kan!"

Dia tau semua, sial! Ini pasti perbuatan Rocka! Untuk sekarang aku hanya harus membuanya tenang.

"Ya."

"Kau... kau... membuatku hatiku sangat sakit... kukira kau hanya manusia biasa.... tapi kau sebenarnya bukan manusia biasa, aku benar kan?!"

Ternyata sudah ada banyak hal yang Rocka katakan padanya.

"Ya."

"Jadi... kau mau berteman denganku itu karena terpaksa dan semua yang telah kita lakukan selama ini palsu... aku benar kan?!"

Aku secara perlahan mendekatinya, dia terus-terusan memberontak, bahkan dia melempari wajahku dengan batu.

"Tidak! Jangan mendekat! Tinggalkan aku! Lebih baik aku mati saja disini!"

Kali ini aku berhasil memeluknya, dia meronta dan menjerit. Berkali-kali dia memukuli dan mencakar pungguku, dan semua luka yang ia tinggalkan mengeluarkan darah.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa? Padahal aku percaya padamu."

Dia sudah mulai kehabisan tenaga untuk melawan.

"Jasmine... maaf."

"Kenapa?!"

Dia tetap menjerit dan menangis.

"Memang benar aku menipumu, baik itu soal siapa aku ini, apa perkerjaanku yang sebenarnya, misiku untuk mengawasimu, bahkan aku menulis laporan tiap minggunya tentang semua informasi yang kudapat darimu. Tapi kau tahu tidak? Aku sama sekali tidak berbohong soal menjadi temanmu, awalnya aku memang terpaksa melakukannya tapi lama-lama aku tidak menaruh rasa curiga padamu, dan seketika itu juga... aku benar-benar ingin menjadi temanmu."

Dia hanya menangis tanpa menanggapi perkataanku tadi, perlahan tapi pasti dia mulai memelukku.

"Aku memang bukan manusia biasa, tapi aku masih memiliki sifat seperti manusia. Bahkan, aku sudah siap untuk menerima hukuman karena sudah menipumu."

"Kenapa..."

"Karena aku merasa berasalah telah menipumu dan aku adalah temanmu."

"Snow..."

Akhirnya dia menyebut namaku.

"Bukankah aku sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu, dan sekarang inilah aku membuktikannya. Aku datang mencarimu, aku mencemaskanmu, dan aku ingin kau selamat. Apa semua itu belum cukup untuk membuktikan kalau pertememanan kita ini nyata?"

Pelukannya sekarang sangatlah erat.

"Mulai sekarang, aku berjanji tidak akan berbohong lagi padamu. Maukah kau memaafkanku?"

Dia hanya mengangguk pelan, syukurlah.

"Aku... sangat ketakutan saat sampai disini, orang itu terus-terusan menyiksaku dan mengatakan semua itu."

"Jadi itu yang membuatmu seperti ini?"

"Ya."

"Aku sudah membereskannya dan aku janji akan menjelaskan semuanya di rumah, jadi bagaimana kalau sekarang kita pulang?"

"Ya."

***

Gerbang sudah siap dan Jasmine sudah kembali tenang, syukurlah semua berakhir dengan baik.

"Kalian sudah siap?"

"Ya."

"Kalau begitu, kubuka sekarang gerbangnya."

Saat membuka gerbang, kami terkejut karena tiba-tiba saja gerbangnya hancur! Apa yang sebenarnya terjadi?

"Shin ada apa ini?"

Saat memalingkan wajah aku melihat tubuhnya Shin tertembus oleh sebuah batu kecil yang sangat tajam.

"Shin!!!"

"Sial... sudah kuduga kau tidak akan mudah dibunuh ya... A... res."

Shin tumbang dan tersungkur ke tanah, saat itu juga aku melihat... Rocka! Itu perbuatannya! Tapi bagaimana bisa dia masih hidup?!

"Keparat!"

Dengan mudah dia memukul wajahku sampai tanah yang sangat keras ini hancur.

"Dasar manusia bodoh, apa kau pikir dengan es sekecil itu bisa membunuhku?"

"Sial!"

"Aku ambil lagi wanita ini."

"Tidak!"

Rocka menarik rambutnya dengan kasar dan meenyeretnya menjauh, Jasmine berteriak kesakitan.

"Lepaskan aku! Tidak! Snow!"

"Sial!"

Aku mencoba berdiri, tapi saat berdiri tepat didepanku Rocka kembali dan perutku sudah tertusuk oleh tangannya yang berlapis Gloves.

"Diamlah disini dan membusklah, aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu lagi. Dia sebentar lagi sampai."

Sial, aku kehilangan banyak energi. Bahkan mulutku tidak mau berhenti mengeluarkan darah, kenapa aku bisa sesial ini?

Dia manarik kembali tangannya, dan menginjak wajahku.

"Kau masih punya itu kan?"

"Apa... Maksudmu?"

"Serum penyembuhan."

Dia bahkan tau apa yang sedang kubawa, benar-benar mengerikan.

"Pikirkan ini anak baru, apa kau akan menggunakan satu serum yang tersisa itu untuk dirimu sendiri yang menyedihkan ini atau kau gunakan untuk menyembuhkan temanmu yang bisa membawa kalian pulang. Ayo sekarang pilihlah, aku akan menunggu."

Dia membuatku memilih antara diriku sendiri atau Shin yang bisa mambawa Jasmine pulang.

"Bukankah sudah jelas..."

Aku merangkak menuju kearah Shin, sambil mengeluarkan serum terakhir.

"Bodoh! Jangan berikan itu padaku, lukamu jauh lebih parah!"

"Diam... bodoh."

Aku memukul dadanya, tapi sama sekali tidak ada tenaga yang keluar.

"Aku akan memberikannya padamu..."

"Kau ini bodoh atau apa?! Snow!"

"Berisik bodoh! Aku sedang menghemat energi untuk bertahan."

"Kenapa Snow?"

"Karena hanya kau yang bisa membawa kita pulang, dan untuk membuka Gerbang membutuhkan banyak sekali energi.... kalau kau membukanya dalam keadaan terluka seperti ini... kau bisa saja mati setelah membukanya. Aku tidak akan mati... sebisa mungkin... aku akan menahan pendarahan ini, dan saat aku... menahan ini... kalahkan si keparat itu dengan kekuatan penuh... kemudaian larilah."

"Bagaimana denganmu?!"

"Kau bodoh ya? Aku tidak sudi ditinggal disini... jadi bawalah aku sampah..."

Aku menyuntikkan serum terakhir ini ke tubuhnya, dan seketika energiku langsung berkurang dengan sangat cepat. Sial, aku tidak ingin mati disini. Setidaknya aku ingin mati di tempat kelahiranku dengan semua teman-temanku disana, sungguh... kenapa aku bisa sesial ini?

"Aku mengandalkanmu... partner."

Kini... energiku sudah sepenuhnya habis, aku percayakan semua padamu, Shin.

***

"Snow? Woi!"

Dia tidak sadarkan diri!

"Pilihan yang bagus anak baru."

Detak nadinya masih ada, tapi ini sangat lemah.

"Sial!"

"Ada apa Shin? Cepat kemari dan cobalah untuk membunuhku."

Jangan sampai terprovokasi! Aku harus menghemat energi yang tersisa agar bisa membuka gerbang nantinya, kalau begitu tidak ada pilihan lain selain memakainya.

"Nibanme no Kiba!!!"

"Oh wujud baru ya?"

"Kali ini aku pasti akan membunuhmu, dan aku akan membalas perbuatanmu pada partnerku."

"Menarik, kemarilah!"

"Datanglah Fang Wolf!"

"Jangan harap aku kan berbelas kasih kali ini ya, Shin"

***

Dingin, ini bahkan lebih dingin dari energiku. Semuanya hitam, apa aku sudah mati?

"Kau belum mati bodoh."

Suara ini? Mungkinkah?

"Dimana aku?"

"Kau ada didalam goaku, baru beberapa hari yang lalu kau kemari tidak mungkin kau sudah lupa."

Dia benar, aku berada dalam goa es. Kalau ini memang goanya, maka yang bicara barussan itu pasti...

"Lama tidak bertemu ya, Y-Mir."

"Ya ampun, apa yang sudah kau lakukan diluar sana. Kalau bukan karenaku, kau sudah mati tadi."

"Jadi, apa yang terjadi? Dan kenapa kau masih diikat di rantai?"

"Kau pikir ini perbuatan siapa?"

"Oh! Jangan-jangan itu... salahku ya?"

Dia hanya mengangguk.

"Aku membawa kesadaranmu kemari untuk menawarkan sebuah kontrak."

"Kontrak?"

"Ya, dengan menyetujuinya kau bisa bertambah kuat. Tapi, ada bayaran yang harus kau berikan."

"Apa itu?"

"Penampilanmu tidak akan menjadi seperti manusia biasa lagi, dan penampilanmu akan berubah menyerupai diriku."

"Apa kau berencana mengambil tubuhku lagi?"

"Untuk sekarang tidak, aku lebih memilih diam disini daripada harus berurusan dengan Ares."

"Oh, jadi kau mengenalnya?"

"Hah?! Kau bodoh atau apa?! Aku juga salah satu legenda mitologi, hanya saja tidak seterkenal Ares."

"Oh... intinya kau ini mitologi yang dilupakan ya."

"Woi Snow! Aku bisa saja melepaskan kesadaranmu sekarang juga dan kau akan mati diluar sana! Aku sudah sedikit memberikan kebaikan kepadamu! Berterimakasihlah dasar manusia bodoh!"

Hahaha... dia marah.

"Ayolah aku hanya bercanda, jangan marah begitu."

"Bercandamu keterlaluan!"

"Hahaha, kau sangat lucu Y-Mir. Baiklah, akan kuterima kontraknya."

"Eh? Kau serius? Kau tidak akan menyesalinya?"

"Jika ini demi menyelamatkan teman-temanku, aku tidak keberatan."

"Dasar manusia bodoh... terserah kau saja, aku sudah memperingatkanmu. Sekarang, kemarilah dan sentuh aku."

Aku mendekatinya dan saat kusentuh, tubuhnya mengecil ke ukuran manusia.

"Aku akan memulai kontraknya, tapi nanti kekuatan yang akan kau terima hanyalah 50% dari kekuatanku, karena tubuhmu yang sekarang tidak bisa menerima lebih dari itu. Dan setelah kontrak terjalin aku akan tertidur untuk waktu yang lama, jadi kita tidak akan bertemu untuk sementara waktu."

"Ya, aku mengerti."

"Bagus, mari kita mulai."

Dari tanah goa ini muncul 7 buah kristal es yang melayang mengelilingi kami, dan dengan kristal-kristal itu sebuah lingkaran aneh muncul tepat diatas kami. Lingkaran itu membentuk sebuah portal dan perlahan turun, lalu setengah dari rantai yang mengikatnya hancur, tak lama portal itu hilang. Kristal es tadi turun dan mengelilingi tubuhku, dia mengangkat wajahnya dan menatapku tajam.

"Untuk tahap terakhirnya kau selesaikan sendiri."

"Terimakasih."

"Sampai jumpa lagi, Snow."

***

"Hora!"

Sial! Lagi-lagi kalah, kapan energinya akan habis, ini sudah sangat lama tapi dia masih tetap bertahan.

"Bagaimana rasa dari tinjuku?! Shin!"

"Hahaha... sial, itu sangat sakit."

"Kau lumyan menghiburku Shin, sebagai imbalan karena sudah menghiburku akan kubunuh kau."

"Terserah kau saja."

Sial!

"Hora!"

Sial! Aku tidak mau mati disini!

"Menjauh darinya."

Eh? Kenapa tidak terasa sakit sama sekali? Apa yang terjadi?

"Kau tidak apa-apa, Shin?"

Saat membuka mata, ada seseorang berada tepat di depanku.

"Snow!"

Dia masih hidup! Dan dia melindungiku dari Ares.

"Maaf sudah membuatmu menunggu."

***

"Oh! Kau masih hidup ya anak baru, dan sepertinya lukamu sudah sembuh total."

"Mungkin dari sekarang kau bisa memanggilku dengan nama asliku."

Dia melompat mundur dan menjaga jarak dariku, dari wajahnya aku bisa tau kalau dia sedang mengamatiku. Itu wajar saja kalau dia waspada, karena orang yang hampir mati masih bisa berdiri dan tubuhnya bisa pulih seketika.

"Buktikan padaku."

Aku mulai melepaskan sebagian besar energiku keluar, dan semua energiku itu membentuk sebuah lingkaran portal es yang sangat besar dibelakangku, disekelilingnya ada tujuh kristal es yang beterbangan.

"I am the Ice Giant, I am the Time Ruler, all my enemies will die eternally in my crystal, I am the attacker who controls the mountains, Y-MIR!"

Portal es ini mulai menutupi tubuhku, aku merasakan banyak sekali energi mengalir kedalam tubuhku ini.

"Jadi ini kekuatanmu, Y-Mir."

Muncul tattoo berwarna biru cerah di tubuh bagian kananku, dipundakku juga tumbuh sebuah bongkahan es tajam, kedua tanganku membeku dan berubah menjadi cakar es, sebagian rambutku berubah menjadi warna menjadi silver bercampur biru, tujuh kristal es tadi terbang mengelilingi punggunggku, dan di dahiku muncul sebuah tanduk.

"Begitu ya, pantas saja kau bilang tidak bisa kembali ke wujud manusia normal ya, Y-Mir."

"Hebat! Hebat! Aku tidak menyangka kalau kau bisa menggunakan..."

Berisik sekali orang ini.

"Apa?! Ares dengan mudah terlempar sangat jauh!"

"Eh?"

Padahal hanya kudorong sedikit dengan satu kristal esku, tapi aku tidak mengira akan sejauh itu.

"Kekuatan ini sangat hebat!"

"Diam disana!"

"Shin?"

Shin mengarahkan Daggernya tepat di leherku.

"Kau... masih snow atau kau sepenuhnya adalah soulnya?!"

"Hahaha... kau ini bicara apa? Aku masih Snow, santai saja."

"Benarkah?!"

"Ayolah... kau membuatku takut bodoh!"

"Baik, kau memang Snow."

Dia melepaskan senjatanya dari leherku.

"Terimakasih untuk tadi, kau datang disaat yang tepat."

"Sama-sama, sekarang... kau pergilah, hampiri Jasmine dan persiapkan lagi gerbangnya, aku akan segera menyusul setelah membereskan Rocka."

"Kau yakin bisa melawannya?"

"Tentu saja."

"Baiklah kalau begitu, jaga dirimu."

Shin lari menjauh dan membawa Jasmine bersamanya, dengan begini aku bisa lebih fokus melawan Rocka.

Aku melesat kearahnya, terlihat dari kejauhan dia masih baik-baik saja, orang ini sepertinya akan sedikit merepotkan.

"Kau lumayan... Tidak! Kau yang terbaik! Bahkan Shin tidak bisa membuatku seperti ini! Baiklah sudah kuputuskan! Aku akan memanggil namamu! Snow!!"

Dia datang.

"Datanglah Y-MIRai!"

Kami saling menghantamkan senjata dan membuat ledakan yang sangat besar, banyak sekali batu-batu besar yang hancur.

"Aku akan serius membunuhmu kali ini!"

"Heh... jadi dari tadi kau tidak serius ya Rocka."

"Rasakan ini! Hell fire!"

Dari glovesnya keluar bola api yang sangat besar, dia menembakkannya tepat dihadapanku, tapi...

"Masih kurang!"

Aku menghadang bola api itu dengan kristal es yang kuubah menjadi pelindung es yang sangat tebal.

"Tidak mungkin!"

"Sekarang giliranku!"

Aku membuat portal kristal es yang sangat banyak mengelilinya.

"Crystal Javelin!"

Dari semua portal itu kutembakkan jutaan tombak kristal es yang sangat tajam dan sangat dingin.

"Argh!!! Kurang ajar!"

Rocka terkubur dalam jutaan tombak kristal es.

"Ayo bangkit, aku tau kalau kau masih hidup."

Tiba-tiba saja dia sudah berada dibelakangku dan mencoba menghantamku dengan glovesnya yang saat ini berkobar dengan api yang sangat panas, tapi semua itu percuma saja.

"Sial!"

"Jika kau berfikir bisa melelehkan kristal esku, kau salah besar."

Saat ini tangannya yang berkobar tadi sudah membeku karena menyentuh kristalku, dengan kristal ini bukan hanya tangan saja yang bisa membeku, tapi api juga bisa membeku.

Dengan memanfaatkan kesempatan ini aku memotong tangan kanannya dengan spearku.

Dia menjaga jarak yang sangat jauh dariku. Tangannya yang sudah terpotong dan membeku ini kuhancurkan dengan satu tangan, dan aku terbang kearahnya.

"Kalau tau kekuatanmu sehebat ini, aku akan memintamu membuat kontrak lebih cepat tadi, dasar raksasa bodoh."

"Sial! Tanganku!"

"Ada apa Rocka? Kau adalah dewa perang Ares kan? Apakah dengan kehilangan satu lengan bisa membuatmu lemah?"

"Sialan kau! Hell Abys!"

Tanah dibawahku mulai bergetar, dari dalam tanah muncul seekor anjing berukuran raksasa dengan 3 kepala dan seluruh tubuhnya terbuat dari lahar panas.

"Mahkluk apa ini?!"

"Dia adalah Cerberus! Dia akan melelehkan esmu dan membunuhmu!"

Anjing ini mulai mengejarku, dia berkali-kali menyerangku dan benar saja laharnya bisa sedikit menggores kristalku, ini berbahaya!

"Hahaha! Bagaimana Snow! Apa kau sudah menyerah?!"

Hewan ini memang kuat, tapi... aku punya yang lebih kuat!

"Jawablah panggilanku! Jormud!"

Jormud adalah seekor ular air dengan ukuran raksasa, dan dia mematuhi semua perintah Y-Mir, dengan kata lain dia akan mendengarkan semua perintahku.

"Aku akan memberikanmu sedikit kekuatanku!"

Aku mengubahnya menjadi ular es, dia terlihat sangat kuat dan keras. Dengan begini aku pasti menang!

"Bunuh anjing itu!"

Jormud langsung melilit seluruh tubuhnya, walaupun esnya bisa menguap tapi kalau esku lebih kuat... kita pasti menang!

"Akan kutambah kekuatanmu! Bekukan dia, Jormud!"

Seluruh tubuh anjing itu sekarang sudah membeku, dan tubuhnya berubah menjadi batu.

"TIDAK MUNGKIN! CERBERUSKU KALAH DENGAN SEEKOR ULAR!"

"Sekarang giliranmu Rocka."

Aku memerintahkan Jormud untuk menelan dan menghancurkannya.

"SIALAN!!!"

Jormud berhasil menelannya, tapi... tubuh Jormud menggeliat kesakitan, sial dia masih hidup!

Seketika tubuh Jormud berlubang dan dari dalamnya keluar Rocka dengan tubuh berlapis lahar panas.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU! SNOW!"

Gawat sepertinya aku membuatnya sangat marah, tidak ada pilihan lain aku harus....

"KAU TERLALU LAMA BERFIKIR MANUSIA!"

Sial! Dia sudah ada di depanku! Aku harus segera pergi!

"TERLAMBAT!"

Dia menembakkan lahar panas yang sangat besar, dan itu membuatku kewalahan menahannya.

Sial! Suhu tubuhku naik, ini tidak bagus.

"INILAH AKIBATNYA KARENA MEMPERMAINKANKU, SEKARANG KAU AKAN MATI!"

"Tidak! Aku tidak akan mati disini!"

Aku mulai mengumpulkan seluruh energi dan seluruh kristal esku ke spear milikku, ini membuat spearku menjadi sebuah spear es yang sangat besar.

"SNOW!!"

"ROCKA!!"

Dia melesat kearahku dengan glovesnya yang menyala-nyala, aku juga melesat dan menekan spearku sekuat tenaga sampai dia hancur.

"MATI KAU ROCKA!!!"

"ARGH!!!"

Tabrakan senjata kami membuat sebuah ledakan yang bahkan lebih besar dari tadi, aku terhempas cukup jauh karenanya, sial! Ini sangat gila!

Saat ledakannya selesai aku terbang melesat menghampirinya, dan kali ini aku bisa pastikan Rocka benar-benar kalah. Tubuh bagian kirinya sudah membeku dan perlahan hancur, satu-satunya yang masih utuh hanyalah kedua kakinya.

"Sial... aku dikalahkan... oleh seorang anak baru..."

Aku menarik kembali spearku yang tertancap di tubuhnya, dan mengarahkannya tepat di kepalanya.

"Dengan ini selesai sudah, ada kata-kata terakhir?"

"Hahaha... dasar bodoh, sebaiknya kau lihat kebelakang... anak baru."

Tunggu! Jangan bilang....

"Ah, Snow. Lama tidak jumpa, bagaimana kabarmu?"

Aku tidak bisa bergerak! Jangan bilang kalau dia ini...

"Oh! Rocka, lukamu cukup parah ya. Aku tidak menyangka kau bisa kalah, apa kekuatannya Snow memang sekuat itu?"

"Kau... Professor... Light."

"Ya, itu aku. Kalau tidak salah, ini pertemuan pertama kita setelah aku membunuh ibumu waktu itu, aku benar kan?"

Tidak mungkin! Gawat, aku harus segara lari!

"Wow! Tanduk yang keren Snow."

Sial! Aku tidak bisa bergerak.

"Ah maaf ya, kau tidak bisa bergerak ya, mari aku bantu."

Dia hanya menyentuh tubuhku tapi seketika itu kristal esku hancur dan hanya menyisakan satu kristal es, dia juga menghancurkan bohkahan es di pundakku. Dan saat aku mulai bisa bergerak dia mendorongku pelan, dorongannya itu membuatku terlempar sangat jauh sampai menghancurkan gunung batu di belakangku.

"Menyedihkan, kau kalah dengan mahkluk lemah seperti itu Rocka?"

"Diam... kau..."

"Sebaiknya kau jangan banyak bicara dulu, tubuhmu sudah mau hancur. Jadi Rocka, dimana wanita itu?"

"Dia... ada di sana dengan seorang assassin."

"Hm..."

Gawat! Dia mengincar Jasmine! Aku harus segera kesana!

***

"Akhirnya gerbang dimensinya sudah jadi, sekarang kita hanya harus menunggu..."

"Menungguku?"

Perasaan ini! Ini adalah teritory energi milik Light!

"Light!"

"Yo, lama tidak bertemu Shin."

"Ayah..."

"Apa? ayah?!"

"Ah, jadi kau ada disini ya Jasmine. Ayah mencarimu keman-mana, ayo ikut ayah."

Jasmine menjauh dan bersembunyi dibelakangku.

"Tidak! Aku tidak mau, ayah seharusnya sekarang sudah dipenjara. Tapi kenapa? Ayah bisa ada disini?!"

"Kenapa? Tentu saja untuk menjemputmu putriku."

Jadi mereka berdua ini... adalah ayah dan anak!

"Menjauh dari mereka!"

Snow tiba-tiba datang dan meyerang Light, namun dia dengan mudahnya menangkap mata pisau dari spearnya Snow dengan dua jari.

"Kau harus menyadari posisimu disini, pendosa."

Dia hanya sedikit mendorong spearnya Snow dengan jari tapi bisa membutnya hancur.

"Sial! Tanganku!"

Tangannya Snow patah! Sial apa yang harus kulakukan!

"Shin, serahkan putriku dan kalian bisa pulang dengan selamat."

"Tidak! Aku tidak mau ikut dengan ayah."

"Jangan Serahkan Jasmine padanya, Shin!"

Sial! Aku sangat bingung, kalau sudah begini... aku tidak punya pilihan lain.

"Aku tidak akan pernah menyerahkan Jasmine padamu."

"Pilihan yang salah Shin."

Tiba-tiba saja ada banyak darah yang mengotori wajahku, tapi ini bukan darahku maupun Jasmine... ini darahnya... Snow.

"Hah... hahaha... ya ampun sampah, kenapa reflekmu sangat lambat sekarang... padahal biasanya sangat cepat..."

"S... Snow?"

Tubuhnya tertusuk oleh sebuah tangan, dan tangan ini... adalah tangannya Light.

"Snow!"

Dia terus-menerus mengeluarkan darah dari mulutnya dan kulitnya, kakinya gemetaran, dan perlahan es yang ada di tubuhnya mencair.

"Oh... kau berani juga pendosa, kalau begini aku hanya harus.... tunggu! Kenapa aku tidak bisa mengambil tanganku kembal?!"

"Hahaha... aku membekukan tanganmu... dengan begini kau tidak akan bisa bergerak."

"Kau cerdik juga ternyata."

Dia menyentuh pundakku dengan satu-satunya tangan miliknya yang masih utuh, namun tangannya itu penuh dengan darah dan sangat lemah.

"Sial.... ini sakit juga ya, hahaha..."

"Kenapa?"

"Shin... maafkan aku... tapi aku tidak bisa pulang dengan kalian... dan aku mohon jaga Lilith untukku ya."

Tidak mungkin!

"Kau bicara apa?! Aku akan menyelamatkanmu sekarang!"

Saat aku ingin bergerak, ada sebuah rantai es melilitku dan Jasmine. Lilitannya sangat kuat, sial!

"Maaf... tapi aku tidak bisa membiarkanmu terluka lagi, Jasmine... Shin... kalian harus selamat..."

Dia mendorong kami dengan rantai ini masuk kedalam gerbang.

Sial! Sial! Sial! Ini tidak boleh terjadi! Kumohon! Kumohon! Lepaslah dari rantai es ini tubuhku!

"Tidak! Snow!"

Tepat saat kami masuk kedalam gerbang, dia menghancurkan gerbang menggunakan kekuatannya yang tersisa.

Sial! Tidak! Jangan!!!

"SNOW!!!"

"Kalian... adalah... teman... ter... baik."

***

"Sampai bertemu lagi, teman."