***
"Siapa kau?"
"Aku?"
"Ya, siapa kau?"
"Aku.... tidak tau."
"Begitu..."
"Siapa kau?"
"Kau tidak perlu tau sekarang salju kecilku yang manis, kita akan segera bertemu."
***
Tubuhku terasa sangat berat, seluruh ototku terasa kaku. Saaat kusadari aku sudah berada di ruang kosong, hanya ada pintu kecil yang terbuat dari besi. Tidak ada seorangpun disini, dan tubuhku masih sangat lemas.
"Rantai?"
Jadi begitu ya, kaki dan tanganku dirantai agar tidak kabur.
"Yo, kau sudah bangun anak muda?"
Ada suara orang yang berbicara tepat disebelahku, tapi aku sama sekali tidak bisa melihatnya.
"Di atas sini anak muda."
Aku melihat seseorang sedang melayang diatasku.
"Siapa... kau?"
"Aku? Aku sendiri sudah lupa dengan siapa diriku ini setelah mati."
Mati? Aku tidak mengerti ucapannya, kepalaku masih terlalu sakit karena kejadian semalam.
"Ada bebarapa air didalam wadah kecil itu, minumlah."
Karena kaki dan tanagnku dirantai dengan besi yang sangat besar, aku sangat susah bergerak. Perlahan tubuhku mendekati wadah itu dengan cara merangkak diatas lantai yang sangat dingin ini, dan hanya dengan mulut saja aku meminumnya.
"Terimakasih."
"Sama-sama, ngomong-ngomong bagaimana caranya kau bisa berakhir di penjara nilfheim ini?"
"Aku..."
"Oh! Maaf ya, kau pasti masih terlalu lemah untuk berbicara."
"Tidak... aku baik-baik saja."
Dia melayang mendekatiku, dan tubuhnya terlihat sangat tipis. Bajunya? Atau memang tubuhnya yang trasnparan? Tapi tidak mungkin seorang manusia bisa transparan seperti itu.
"Kau ini... sebenarnya apa?"
"Hem... aku ini... bukan apa-apa, sejak mataku terbuka aku sudah berada disini dan melayang kesana kemari."
Ah... kepalaku sakit sekali.
"Sebaiknya kau jangan memaksakan diri, istirahatlah dulu. Lihat, ularmu dari tadi selalu menunggumu."
Ular? Oh, Jormud! Dia ada di sana ternyata, kemana saja dia selama ini?
"Hei paman, apa kau melihat seorang gadis dengan telinga panjang disini?"
"Apa mungkin maksudmu itu seorang elf? Dia ada di ruang bawah tanah."
"Ruang bawah tanah?"
"Ya, ruangan itu tepat berada di bawah kita."
Jadi hanya dibawah lantai ini, aku hanya perlu melepas lantai ini dan segera menyelamatkannya.
Tapi, setiap kali kuangkat tubuhku rasanya sangat berat dan sangat menyiksa otot-ototku.
"Hem sepertinya, kau diberi obat yang memiliki efek melemaskan otot."
"Aku tidak bisa mengancurkan rantai ini."
"Kenapa kau sangat terburu-buru?"
"Aku harus menyelamatkannya, apapun yang terjadi!"
"Apa dia sangat berharga bagimu?"
"Ya, walaupun kami baru bertemu beberapa hari tapi dia sudah seperti saudaraku sendiri, dan aku sudah berjanji akan mengantarnya sampai akhir perjalanan."
Yang bisa kulakukan hanya merangkak dan merangkak, perlahan tapi pasti aku bisa meraih jeruji besi yang mengurungku disini.
"Kau terlihat sangat gigih ya, walaupun dia orang yang baru saja kau kenal."
Paman ini sangat berisik, terlebih lagi aku masih tidak paham bagaimana caranya dia melayang seperti itu.
"Hei, anak muda. Jika saja orang yang ingin kau selamatkan ini adalah orang jahat, dan bagaimana kalau dia hanya berpura-pura saja mendekatimu? Apa yang akan kau lakukan?"
"Itu... akan kuurus nanti, sekarang aku hanya harus menyelamatkannya."
"Jawaban yang sangat naif, tapi aku menyukainya. Baiklah, akan kuberi sedikit dorongan."
Paman yang melayang itu sekarang berada tepat berada di depan wajahku, perlahan dia mulai masuk kedalam kepalaku dan mengambil kontrol seluruh tubuhku.
Saat dia masuk kedalam tubuhku, aku merasakan begitu banyak energi mengalir di dalam tubuhku. Dengan mudahnya dia menggunakan tanganku untuk menghancurkan semua rantai itu dan menghancurkan jeruji besar di hadapan kami.
***
"Tugasku hanya sampai disini, akan kuberikan seluruh energi kehidupanku padamu. Tapi semua energi yang akan kau terima ini hanya sementara dan hanya bisa bertahan sampai tengah hari, jika kau ingin segera menyelamatkan gadis elf itu kau harus cepat. Dengan memberikan seluruh energi kehidupanku padamu, maka wujudku yang transparan tadi akan lenyap. Jadi, sampai jumpa anak muda. Semoga kau berhasil menyelamatkannya, dewa Y-Mir memberkatimu."
***
Setelah mengatakan semua itu, aku merasakan keberadaannya menghilang dari tubuhku. Berkali-kali kupanggil dia tidak menjawab, apa benar dia lenyap? Tapi bagaimana bisa?
Jormud perlahan menyentuh wajahku, seakan memberitahuku untuk segera bergegas.
"Tahanan lepas!"
Tiba-tiba ada 2 orang pelayan datang, dan mereka adalah pelayan yang sama dengan pelayan malam itu.
"Tuan, kembalilah ke sel anda!"
"Kalau aku tidak mau, kalian mau apa?"
"Kami akan memaksa anda."
Mereka mengeluarkan pisau dapur dari balik rok pelayan mereka, dan bisa dibilang itu bukanlah pisau biasa. Pisau itu terlihat sangat dingin dan mengeluarkan energi yang lumayan besar.
"Kemarilah, akan kuhadapi kalian berdua."
Mereka terprovokasi dan langsung menyerangku, meskipun serangannya sangat cepat tapi tidak ada satupun dari serangan mereka mengenaiku. Semua serangannya meleset dan hanya mengenai dinding bangunan ini, setiap bekas yang ditinggalkan pisau itu berubah menjadi kristal es yang sangat keras. Jika hanya dengan sedikit goresan saja bisa membuat segala sesuatu menjadi kristal es, lalu kenapa mereka tidak mengenaiku saja? Apa mereka terlalu meremehkanku?
"Aku tidak punya banyak waktu."
Mereka mulai lengah, aku berhasil mengamankan pisau mereka dan membuangnya jauh dari sekitarku.
Wajah mereka terlihat sangat ketakutan, tapi tatapan mereka kosong. Mereka sama sekali tidak menatapku, seakan sesuatu yang sangat mereka takuti itu bukanlah aku.
"Kalian sudah kalah, sekarang beritahu aku dimana kalian menyekap temanku."
Wajah mereka kian ketakutan, badan mereka gemetaran. Dan tak lama mereka tergeletak di lantai, dari mata mereka keluar banyak sekali air mata. Wajah ketakutan tadi berubah menjadi wajah yang penuh akan keputusasaan, mereka merangkak dan menciup kakiku.
"Kami mohon tuan, bunuhkah kami!"
"Kenapa aku harus melakukannya?"
"Kami sudah tidak tahan lagi, kami ingin mati saja."
"Tidak, aku tidak akan membunuh kalian. Beritahu saja aku dimana..."
Salah satu dari pelayan itu menarik dan menggenggam erat jubahku, wajahnya kian mengerikan.
"Kami mohon tuan! Bunuhlah kami! Setidaknya kami ingin mati di tangan orang baik sepertimu!"
Pelayan yang satunya lagi masih tertunduk, tapi dia yang terlihat sangat sedih.
"Kami mohon tuan! Jangan biarkan kami mati ditangannya iblis itu!"
Iblis?
Aku berusaha melepaskan pegangan pelayan ini, tapi pegangannya sangat kuat. Saat kudorong, baju pelayan itu sedikit terbuka dan aku bisa melihat punggungnya. Ada banyak sekali luka memar dan bekas luka cambuk disana. Jika ada luka seperti ini.... berarti hanya ada satu hal yang pasti.
"Perlihatkan padaku lukamu."
"Tidak! Jangan dilihat!"
Dia menolak untuk memperlihatkannya, aku terus memaksanya. Dan benar saja, seluruh punggung dan lengannya penuh dengan luka, tidak diragukan lagi.
"Wanita itu, dia menyiksa kalian. Aku benar kan?"
"Anda benar tuan, kami adalah budaknya. Dia memperlakukan kami seperti mainan, dia menyiksa kami selama 10 tahun."
"Berapa usia kalian?"
"Kami berdua berusia 15 tahun."
15 tahun?! Itu berarti mereka sudah disiksa sejak kecil! Ini tidak bisa diterima!
"Dengarkan aku kalian berdua, temanku yang kalian racuni itu dia bisa menyembuhkan segala jenis luka. Dan jika kalian mau membantuku menyelamatkannya, aku berjanji akan membawa kalian keluar dari tempat aneh ini. Dan aku akan meminta temanku itu untuk menyembuhkan semua luka kalian, bagaimana? Bukan penawaran yang buruk kan?"
Mereka saling menatap satu sama lain, dan seketika itu mereka berlutut dihadapanku.
"Kami mohon selamatkan kami tuan, seluruh raga ini siap untuk melindungimu tuan!"
"Kami mohon tuan!"
"Baiklah, sekarang antar aku ketempat dia berada."
****
Kami berjalan menyusuri lorong yang gelap dan sangat dingin, aku melihat salah satu pelayan yang bajunya rusak tadi kedinginan.
"Kau tidak apa-apa?"
"Ya tuan, hanya sedikit dingin saja."
Aku merasa kasihan padanya, jadi kuberikan jubah dari Chio ini padanya.
"Eh tuan? Saya tidak membutuhkannya."
"Sudahlah pakai saja."
"Kalau begitu, terimakasih."
Dia akhirnya mau memakainya.
"Bagaimana? Hangat kan?"
"Ya, sangat hangat. Apa tuan tidak kedinginan?"
"Tidak, energi yang mengalir ditubuhku ini juga sedingin tempat ini. Jadi aku sama sekali tidak merasa kedinginan, ngomong-ngomong bisa kalian memberitahuku nama kalian?"
"Nama saya Alice, dan yang pendiam itu adalah Anna."
Alice dan Anna ya, nama yang bagus.
"Anna, apa kau tidak kedinginan?"
"Tidak tuan."
Wah, sifatnya bahkan lebih dingin dari tempat ini.
"Maafkan dia ya tuan, memang begitu caranya bicara."
Jadi itulah kenapa dari tadi hanya Alice yang aktif menjawab pertanyaanku.
"Anna sama seperti tuan, dia juga pengguna kekuatan elemen hanya saja dia memiliki elemen api. Itulah kenapa dia sama sekali tidak kedinginan, tidak seperti saya yang hanya manusia biasa."
"Tunggu dulu!"
Aku menghentikan langkahnya, dia terlihat sangat kebingunan.
"Ada apa tuan?!"
"Kau tadi bilang.... kalau kau ini adalah manusia?! Apa benar begitu?!"
"Iya tuan, saya adalah manusia. Kenapa tuan sangat kaget?"
Bukannya Chio bilang kalau tidak ada yang namanya manusia disini?!
"Apa benar kau adalah manusia?! Manusia asli kan?!"
Dia terlihat sangat ketakutan sekarang, sial aku lepas kontrol.
"Maafkan aku, Alice. Aku tidak bermaksud untuk..."
"Tidak apa-apa tuan, saya maafkan."
Bodohnya aku, Chio saja masih belum keselamatkan tapi aku malah menuruti hasrat keingintahuanku. Sial! Ayo fokus Snow!
"Maaf mengganggu waktu kalian, tapi kita sudah sampai."
Tepat didepan kami, ada sebuah pintu besi tua yang terlihat sangat rapuh.
"Tuan sebelumnya kami mohon maaf."
"Apa maksudmu Alice?"
Alice hanya tertunduk diam, dia memalingkan wajahnya dariku.
"Mohon maaf tuan, maksud Alice yang sebenarnya adalah..."
"Tidak!!!"
Chio! Itu tadi suaranya!
"Sial, kita sudah terlambat!"
"Apa maksudmu Anna?"
Wajah mereka terlihat sangat bersalah, apa yang sebenarnya terjadi disini?!
"Hei, katakan padaku. Alice! Anna! Apa yang dia lakukan pada temanku?!"
"Yang nona Hel lakukan adalah...."
***
"Sesuatu yang sama seperti yang kami alami."