Chereads / Unexpected Past / Chapter 11 - Mencari Obat dan Hampir Ketahuan

Chapter 11 - Mencari Obat dan Hampir Ketahuan

Liana POV

Aku sedang mencari sesuatu. Bukan, bukan kucing kok. Kan aku sudah menangkap kucing menggemaskan itu kemarin. Oh iya, kalau kalian penasaran dengan namanya, aku memberi dia nama Isaura. Artinya? nama itu berarti angin yang lembut. Sangat cocok bukan?

Beralih ke pembahasan lain, sekarang Nenek Louvinna sedang membutuhkan Cairan Medisina Allois untuk temannya yang terkena racun ular ketika berjalan di perbatasan hutan. Sebut saja nama teman beliau itu Holly Arden. Cairan Medisina Allois merupakan obat penyembuh untuk keracunan. Dapat ditemui di hutan kabut Lunar di barat daya kerajaan Ellenia. Karena obat ini ampuh, obat ini menjadi alternatif utama untuk mengobati orang yang terkena racun. Dan karena alasan itu pula cairan ini berharga amat lah mahal di pasaran. Kalau dari rumah Liana untuk sampai ke Hutan Lunar diperlukan waktu sekitar 10 hari untuk berjalan kaki, dan memakai kendaraan magis diperlukan waktu 4 hari. Kenapa tidak pakai kereta bubuk cepat? karena medan yang ditempuh tidak memungkinkan untuk kesitu, perlu menaiki gunung yang terjal serta semak belukar yang berduri.

Ah, sebuah pilihan sulit. Namun tidak ada kata mahal kalau untuk pengobatan. Jadi Nenek Louvinna memilih opsi untuk membeli di pasar Kerajaan Ellenia. Agar lebih cepat maka aku lah yang pergi ke sana. Lalu apa alasan kenapa Nenek Louvinna yang repot-repot mengurus temannya tersebut?

Karena anak-anak beliau (teman Nenek Louvinna) telah gugur saat bertugas. Kala itu prajurit kerajaan diperintahkan untuk menghadapi salah satu hewan magis yang terpengaruh oleh ilmu magis jahat. Tak hanya satu, namun banyak hewan yang menyerang ke pemukiman masyarakat Kerajaan Ellenia kala itu. Banyak prajurit-prajurit baik muda maupun senior yang ikut menuntaskan kekacauan kala itu. Dan serangan itu katanya tak hanya terjadi di Kerajaan Ellenia, namun di berbagai penjuru dunia.

Ah maaf kalau aku berlarut-larut. Mari kita kembali pada kisah sekarang.

Kini aku sudah dalam perjalanan menuju pasar di pusat kota bumi Kerajaan Ellenia. Hari ini aku tidak bekerja karena pada hari selasa dan kamis aku libur, dan diganti dengan pekerja kedai yang lain. Karena pada hari itu kedai sedang sibuk menerima barang bahan-bahan untuk masakan di kedai, jadinya yang bekerja hanya tukang bersih-bersih dan buruh angkat yang bekerja pada saat itu.

Duh! meskipun aku sedang berlari namun tetap saja aku merasa kedinginan. Pada akhir tahun seperti ini tanda-tanda turunnya musim salju sudah muncul. Aku memakai syal untuk menutupi leher dan jaket yang cukup tebal serta memakai masker kain untuk menghalangi udara dingin menerpa wajahku. Nenek Louvinna membuat syal tersebut dari sayap kupu-kupu kalota, Nenek sengaja membuat syal itu tebal-tebal. Apalagi warnanya ungu, sesuai dengan warna kesukaanku. Karena syal ini berasal dari sayap kupu-kupu kalota, maka energi magis dari hewan itu masih ada di syal ini. Jadi syal ini benar-benar hangat.

Aku membawa enam ratus Arge. Jangan kaget, karena sudah ku bilang bahwa obat ini memang mahal. Tapi sebenarnya uang sebesar ini belum terbilang cukup untuk membeli cairan Medisina Allois itu. Ah tapi ya sudahlah, ku coba saja dulu siapa tahu ada apotik yang menjual cairan tersebut dengan harga lebih miring.

Aku harus cepat, soalnya ada seseorang yang sedang sangat membutuhkan obat ini.

Liana POV end

Liana ke sana ke mari mendatangi berbagai apotik, tapi sialnya dari sekian banyaknya apotik yang dia datangi semuanya mengatakan kalau stok cairan tersebut habis. Lalu kenapa Liana tidak membeli obat yang lain? kalau memang ada pastinya Liana akan membelinya. Sayangnya obat penangkal racun lainnya juga habis. Kebetulan yang sangat menyusahkan.

Liana lalu terpikir untuk menghubungi Lysander, ah ide yang bagus Liana. Barangkali ia tahu cara membuat penangkal racun yang ampuh.

'Lysander, apa aku boleh minta tolong? ada tetanggaku yang membutuhkan penangkal racun. Aku sudah mencari cairan Medisina Allois namun semua apotik yang ku datangi mengatakan kalau stok baru obat tersebut habis, yang lainnya pun juga habis. Kalau kau sedang memegang holo faks mu tolong jawab aku, segera. Terima kasih Lysander.'

Liana menutup pesan yang ia kirim melalui holo faks tersebut. Tak ada waktu menunggu jawaban dari Lysander, ia kembali mencari obat tersebut sambil menunggu balasan pesan dari Lysander.

Liana hampir putus asa, ia belum terlalu lihai membuat penawar racun. Bahkan untuk meramu obat sederhana saja dia masih terpaku pada buku panduan dan buku pegangan.

"Baiklah, mari mencari ke tempat yang lebih dalam," ujar Liana bermonolog.

Liana dan Nenek Louvinna merupakan orang yang sangat peduli pada orang lain. Kebaikan hati mereka yang tulus merupakan ciri khas mereka yang membuat orang-orang di sekitaran mereka merasa tentram dan nyaman. Namun kalangan bangsawan dan orang terpandang tidak akan melihat sisi itu. Status, kepemilikan harta benda, kekuasaan dan kekuatan adalah tolak ukur utama menurut mereka untuk menilai seseorang.

Kembali pada Liana sekarang. Ia sudah masuk ke dalam bagian pasar inti, di sini lebih sepi karena letaknya jauh di dalam. Dan dia akhirnya menemukan lapak atau toko yang menjual obat yang ia cari tersebut.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sambut pemilik toko, meski dalam raut wajahnya tergambar kehangatan namun dalam hatinya tetap saja tersirat rasa tidak senang. Ya, apapun yang terjadi sifat fanatik akan sistem kasta tetap menjadi dasar dalam bersikap bagi masyarakat non Orph.

"Saya mencari cairan Medisina Allois, apa ada dijual di sini?" tanya Liana masih dengan nafas tersengal-sengal.

"Medisina Allois? hmm akan saya lihat dulu di gudang penyimpanan," jawab sang penjaga toko seraya masuk ke dalam ruangan di belakang tempat duduk nya.

"Iya pak, terima kasih," jawab Liana sambil tersenyum.

Alasan cairan tersebut disimpan di tempat yang tidak sembarangan dijangkau orang karena harga obat tersebut yang mahal, tentunya dengan menempatkannya di dalam ruangan lain meminimalisir terjadinya pencurian kala toko itu ramai. Terutama saat para pelajar dan instansi kesehatan mencari bahan ramuan dan obat-obatan. Bisa saja ada 'orang lain' yang nyempil ikut masuk berpura-pura membeli padahal ada maksud lain.

Setelah pintu ruangan itu terbuka Liana langsung menoleh. Dan benar saja, pria itu sudah membawa cairan yang Liana cari.

"Berapa?"

"Tujuh ratus dua puluh Arge."

"T-tujuh ratus dua puluh?...apa tidak bisa kurang sedikit lagi? saya hanya membawa enam ratus Arge soalnya," ujar Liana dengan wajah memelas.

"Begitulah harga semestinya, saya tidak bisa mengurangi lagi. Karena pada dasarnya itu memang harga normal cairan Medisina Allois," jawan pria tersebut.

"T-tapi---"

"Saya bayarkan sisa kekurangnnya," ujar seorang pria yang muncul dari balik pintu masuk toko.

"Ehh?" Liana

"Tidak apa-apa nona, saya juga sedang mencari sesuatu. Jadi sekalian saja saya bayarkan." Kata orang tersebut.

Liana hendak menolak, namun waktu sudah lama berlalu. Jadi Liana terpaksa menerima tawaran kebaikan tersebut. Liana akan membayar sisa harga yang ditanggung oleh orang tersebut.

"Terima kasih sudah membantu saya tuan," ujar Liana sambil menjabat tangan orang tersebut dengan kedua tangannya.

"Iya, sama-sama. Kebetulan saya ingin bertanya sesuatu," ujar orang tersebut seraya menoleh ke Liana.

"Iya? bertanya apa?" tanya Liana balik.

"Err...saya sedang mencari seseorang perempuan. Katanya perempuan itu memakai---"

"Orland, kenapa kau tiba-tiba menghilang? aku mencarimu ke mana-mana asalkan kau tahu," ujar seorang pria yang mungkin merupaka teman dari orang yang membantu Liana tadi.

"Kau terlalu lamban. Aku bosan menunggumu. Kita harus cepat menemukannya," ujarnya sambil menatap tajam temannya tersebut.

Liana tidak ada waktu menunggu, dia memutuskan pergi keluar toko lebih dulu. Sebenarnya Liana merasa tidak enak mengabaikan pertanyaan orang tadi, namun mau bagaimana lagi? dia juga diburu waktu sekarang. Tapi dia akan mengingat orang itu, nama orang yang telah membantunya tadi adalah Orland, entah apa nama marganya. Pastinya dia bukan Orph kalau dilihat-lihat.

Setelah sampai di rumah Nenek Holly, Liana langsung menghampiri Nenek Louvinna yang setia duduk di samping teman beliau yang terbaring lemah akibat terkena racun. Dengan telaten Liana mengobati teman Nenek Louvinna itu dengan cairan Medisina Allois. Setelah di rasa keadaan Nenek Holly membaik, Liana dan Nenek Louvinna membiarkan Nenek Holly beristirahat dulu. Mereka memutuskan untuk menginap di situ kalau-kalau Nenek Holly butuh bantuan, jadi mereka berdua bisa cepat membantu.

Banyak kamar kosong di rumah itu, karena Nenek Holly mempunyai tiga orang anak. Dan semuanya gugur dalam peperangan, Liana sangat prihatin sekaligus miris jadinya. Diumur Nenek Holly yang sudah tua seperti ini tidak ada seorang pun yang ada di sisi beliau.

Liana duduk di kasur tempat ia akan tidur. Lalu memandang ke arah langit malam lewat jendela. Ia jadi penasaran dengan apa yang Tuan Orland tanyakan padanya. Dia seperti ingin menanyakan tentang seseorang. Tapi sebenarnya wajar saja menanyakan tentang seseorang seperti itu, mungkin Tuan Orland mengira Liana tinggal di dekat situ. Liana melepas syalnya, karena suhu di dalam kamar tidak terlalu dingin. Ia memegang kalungnya, memperhatikan permata hitam yang ada di kalungnya tersebut.

"Indahnya, meskipun sudah memakai cukup lama tapi aku masih saja tetap terpesona oleh keindahan kalungku sendiri," ujar Liana bermonolog.

Liana memutuskan untuk tidur setelah itu, karena besok ia harus bangun pagi untuk pergi bekerja.

Jauh dari rumah Nenek Holly, kedua orang yang Liana temui tadi sedang berbincang-bincang. Entah bisa atau tidak disebut berbincang-bincang karena pembicaraan mereka bukanlah pembicaraan yang santai.

"Bodoh! seharusnya kau tidak tiba-tiba datang dan menanyaiku tadi! aku merasakan sesuatu dari anak gadis yang aku temui tadi. Aku yakin dia lah gadis yang memakai kalung tersebut." Orang itu mengusap wajahnya kasar, nafasnya menderu nampaknya ia tengah marah pada temannya.

"Kau menyalahkanku? kalau kau memang ingin menangkap gadis itu kenapa tidak kau tangkap saja?!" tanya balik temannya Orland.

"Aku harus memastikan dulu dia orang yang kita cari atau bukan!" seru Orland, "Malah aku hanya bisa samar-samar merasakan energi kalung itu," sambungnya.

Lawan bicara Orland itu duduk lalu berkata, "Ya sudah, tak ada gunannya berdebat seperti ini. Aku yakin lambat laun dia pasti akan kita temukan. Ditambah tes seleksi Tummulotary Academy yang akan diadakan sebentar lagi. Menuruku gadis itu adalah seorang Orph."

"Ya, kau benar. Nampaknya kita harus lebih sabar. Toh, tuan kita tidak memerintahkan kita untuk mencari permata itu dalam waktu dekat ini," balas Orland.

Malam itu ditutup dengan hening, tak ada keramaian yang berarti. Dinginnya malam yang diiringi dengan turunnya salju yang lembut menandakan akhir tahun benar-benar tiba. Semakin dekat dengan waktu untuk masuk tes seleksi Tummulotary Academy.