Liana harus berpikir untuk menggunakan tangannya sendiri sekarang. Karena keluarganya yang sebenarnya masih perlu waktu untuk bangkit.
Mata Liana terbuka lebar sekarang. Karena sekarang bukan hanya para guru, tapi ada seseorang lain yang tak dapat ia percayai di sini.
"Rupanya sekolah ini benar-benar sudah tercemar," ujar Liana pelan. Ia mempercepat langkahnya ke suatu tempat.
(Sedikit lagi, dan kita akan menyaksikan sebuah perpecahan.)
(Perpecahan segalanya. Perasaan, kepercayaan, kasih sayang, pengalaman, semuanya akan dimulai ulang.)
(Setelah kehancuran.)
Jauh dari sana.
Ada seseorang yang duduk di sebuah singgasana megah namun menakutkan. Singgasana yang penuh aura intimidasi dan kegelapan.
"Kau terlalu mengulur waktu. Bawa benda itu padaku. Anakku yang nakal itu memang terlalu sulit untuk diatur," ujar sosok tersebut.