"Harry, ku mohon kau jangan emosi." Liana berusaha untuk menenangkan Harry. Liana bisa melihat emosi siswa itu marah, nafasnya memburu dan matanya berkilat tajam.
"Siapa yang tidak emosi kalau melihat mereka begitu. Yeah mungkin bagi yang lainnya itu adalah hal yang wajar karena mereka melihat Profesor Candle sebagai orang yang bersalah. Tapi aku tidak, aku tidak terima. Begitulah sikap yang etis sebagai seorang yang telah berumur dan dewasa? tch, terkadang aku lebih hormat terhadap Profesor Candle daripada mereka."
Liana tidak ingin menambah emosi Harry, dia tidak banyak bicara setelah itu. Karena bisa saja apa yang ia katakan hanya malah membuat Harry semakin marah. Walaupun sebenarnya Liana tidak bermaksud demikian.
Lama mereka menunggu, hampir sejam lagi mereka menunggu. Tapi itu tidak masalah, karena mereka memang sedang senggang. Meski mereka setelah itu tidak banyak saling bicara, tapi mereka memilih untuk menyibukkan diri sendiri dengan kegiatan masing-masing.