"Beliau itu orangnya sedikit...." Harry menggantung perkataannya, berusaha menemukan kata yang tepat untuk menjelaskannya pada Liana. "Sensitif. Sentimentil kalau kasarnya ku bilang. Ketuklah perlahan, kalau beliau tak merespon tunggu saja."
"B-baiklah Harry," jawab Liana gugup. Tangannya bergetar ketika hendak menyentuh pintu kayu yang mengkilap tersebut.
Bunyi ketukan terdengar, suara bariton di dalam sana seketika terhenti. Namun tidak ada terdengar sahutan dari dalam sana. Liana hendak mengetuk lagi namun disanggah dengan gelengan oleh Harry.
Mereka berdua menunggu dari luar. Tak sopan kiranya kalau mereka memanggil nama guru yang bersangkutan di dalam sana.