"TIDAAAAAKKKKK!"
"Liana!" seru Lyosha.
Liana terduduk, dia terbangun tiba-tiba. Dia dalam kondisi berantakan masih setengah sadar dengan cepat melihat keadaan sekitaran. Dilihatnya nuansa ruangan serba putih yang sejuk dan damai. Bangsal dengan sprei putih, dinding bercat putih dengan jendela yang gorden putihnya terbuka, membuat semilir angin masuk tanpa permisi yang menerbangkan gorden itu dengan lembut.
"Apa...apa aku sudah mati?" tanya Liana, dia menangkup pipinya sendiri. Lyosha menatap sedih padanya.
"Tidak ada holo faks di alam kematian Liana," jawab Lyosha lalu ia berdiri. "Tunggu sebentar, aku akan memanggilkan dokter dahulu."