Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Taman Keluarga Wijaya—Tempat Resepsi.
Gavriel meneguk saliva kasar, ketika ia memanggil pria yang mengangguk menyahuti dan menatapnya lurus seakan menunggu.
Ia tidak boleh gugup atau keseleo mengucapkan kalimat yang ingin diucapkannya. Apalagi, di hadapan puluhan pasang mata, yang fokus hanya kepadanya.
Oke, sebaiknya ia fokus dan tetap stay calm dengan ketampanannya yang semakin paripurna. Tarik napas yang dalam, jangan lupa dikeluarkan dari hidung dan perlahan.
Huft…
Kembali ia mengangguk, ketika seorang petugas sound menatapnya seakan bertanya kesiapannya, lalu setelahnya melanjutkan kalimat yang sebenarnya masih disusun olehnya di dalam hati.
Pandanganya tepat kepada pria yang masih menatapnya lurus dari awal. Tatapan tajamnya melunak, menatap sungguh-sungguh seorang ayah yang harta berharganya sudah diambil olehnya.
"Baba…, kita tidak perlu berkenalan seperti pada umumnya sebuah sambutan menantu kepada mertuanya."