Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Kediamanan Benedict
"Sudah yuk! Sebaiknya kita masuk," ajak Ezra saat melihat Jia yang justru hanya terdiam menatapnya.
Eh?
"Ah! O-oke."
Jia menyahuti dengan anggukan kepala dan suara sedikit kaku setelah sempat terdiam. Entah kenapa, ia seperti sedang diajak seorang kekasih yang ingin memperkenalkan kepada seorang mertua.
Ah…, apa yang kupikirkan, batin Jia seraya menggelengkan kepala.
Setelahnya, Ezra dan Jia bersama-sama keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan menuju teras sana.
Brakh!
Keduanya jalan bersisihan dengan Ezra yang sesekali mengusak serai tergerai milik Jia, yang protes dengan tepakan di lengan sebagai balasan.
"Ya! Jangan usil Ez," sewot Jia kesal. Tapi sayang, Ezra si biang keladi justru tertawa senang melihat wajah berlipat kesal itu.
"Yang usil tanganku."
"Kalau begitu kupotong tanganmu."
"Apa? Jahat sekali, ha-ha…"