Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Wijaya Tbk
[Moshi-moshi…, ogenkidesuka, Wijaya-sama? (Haloo…, apa kabar, Tuan Wijaya]
Deg!
Gavriel seketika menegang saat mendengar suara seorang pria yang dikenal dan dibenci sampai ke tulangnya. Giginya menggeletuk sangking marah dengan seseorang di ujung panggilan sana, apalagi saat terdengar kekehan seakan meledeknya.
Bukan seakan, tapi memang sedang meledek Gavriel.
"Axuna…"
Kekehan semakin terdengar kala Gavriel menyebut nama seseorang, yang adalah si penelpon itu sendiri. Nama yang sampai saat ini masih menjadi targetnya, hingga ia tidak sadar sudah menjadi seseorang pendendam.
[Masih ingat denganku? Aku jadi terharu.]
"Bangsat! Mau apa kamu?" sentak Gavriel kasar, tangannya dengan cekatan menghubungi bagian IT, memerintahkan untuk melacak lokasi sesuai nomor yang terhubung.