Chereads / Married With My Arrogant Friend / Chapter 40 - Rezeki Dibalik Kesempatan

Chapter 40 - Rezeki Dibalik Kesempatan

Selamat membaca

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Kediaman Wardhana

Di depan pintu rumah keluarga Werdhana ada Tuan rumah yaitu Faro si kepala rumah tangga, Elisa lalu Queeneira dan tentu saja si tamvan Gavriel, yang saat ini sedang mengumbar senyum tipis saat Elisa mempersilakannya masuk.

Ekspresi wajah sumringah dari Gavriel berbanding balik dengan Queeneira, yang mendengkus dalam hati menyumpah serapahi wajah ramah kamvret Gavriel di depannya saat ini.

Bibirnya mancus lima centi dengan mata mendelik ke arah Gavriel, ia bisa bebas mendelik karena saat ini ia sedang ada di balik punggung sang Baba, kalau berdampingan mana berani ia mengeluarkan ekspresi seperti ini.

Disaat Queeneira yang sedang sibuk dengan gerutuannya dalam hati, Gavriel yang melihat ka arahnya hanya bisa tersenyum maklum, karena baginya wajah marah wanita di belakang sana lebih baik, dari pada ia sama sekali tidak melihatnya.

10 tahun ia menahan diri untuk tidak mendengar atau melihat rupa sahabat yang dicintainya, lalu sekarang saat ia sudah kembali, bagaimana bisa melewatkan kesempatan yang diberikan tuhan untuk melihat setiap ekspresi unik sahabatnya.

Terlebih saat dulu ia merasa seperti benar-benar tidak akan bertemu lagi dengan Queeneira, tepatnya saat ia berada di ambang hidup dan mati, sewaktu ia berada di Jepang untuk melakukan kerja sama.

"Masuk yuk, Gavriel. Nanti Que-que yang temenin kamu ngobrol," ajak Elisa dengan ekspresi senang.

"Maaf, Onty. Aku masih ada pekerjaan dengan Ezra setelah ini, lain kali aku main kemari, khusus untuk Onty," tolak Gavriel dengan nada menyesal, kemudian merayu dengan lihai kepada Mama dari calon istrinya, membuat Elisa mengangguk meskipun tidak terima. Berbeda dengan Queene yang kembali mendelik, ditambah bibir yang komat-kamit.

"Pfftt … Lucu sekali," batin Gavriel geli.

"Baiklah kalau begitu, lain kali ya," kata Elisa menyetujui, menuai anggukan kepala dari Gavriel masih memasang senyum memikatnya.

"Jadi mobil punya Que masih di kantor, Gav?" tanya Faro kepada Gavriel, alih-alih kepada Queeneira yang langsung protes di belakang sana.

"Baba! Kenapa dia yang di tanya, bukannya Quee. Kan, Que yang punya mobil," seru Queeneira tidak terima, namun sayang Faro cuek dan kembali melirik Gavriel setelah melirik sekilas ke arah amuy kesayanagannya.

"Isk," decak Queeene kesal.

"Hn, iya Unkel. Ban mobil Queeneira kempis semua, maka itu aku antar pulang Queene dari pada naik taksi yang belum tentu aman," jelas Gavriel dengan nada tenang.

Jawaban tenang dari Gavriel ini membuat Queeneira segera membuatnya tersadar, ia menatap Gavriel dengan ekspresi kaget dan dalam hatinya bertanya-tanya bagaimana bisa Gavriel tahu jika bannya semua kempis, sedangkan tadi ia hanya bilang jika bannya kempis.

"Ini aneh, kenapa dia tahu ban mobil aku semua kempis, aku jadi curiga," batin Queeneira dengan mata memicing, melihat Gavriel yang masih menampilkan ekspersi tenang dengan tatapan curiga.

"Begitu … Aneh sekali, sekali kempis 4," gumam Faro berpikir, ia sedikit curiga jika ada yang sengaja membuat ban mobil anaknya kempis. Kemudian ia juga melihat ke arah Gavriel dengan mata menelisik, namun sayang Gavriel hanya menampilkan ekspresi lempeng sama sekali tidak bisa dibaca.

"Baiklah kalau begitu, biar Unkel yang urus sisanya. Unkel akan kirim mobil derek untuk mengambil mobil Queeneira agar segera di perbaiki," lanjut Faro berusaha mengenyahkan pikiran negatifnya.

"Unkel tidak perlu khawatir tentang masalah itu," sahut Gavriel, membuat Faro menatap ke arahnya bingung.

"Biar aku yang urus sisanya, besok mobilnya sudah sampai sini,

pagi, saat Queene akan memakainya. Bagaimana?" lanjut Gavriel menawarkan

bantuan.

Baginya sangat mudah kalau hanya seperti ini, bahkan jika Queeneira mau malam ini pun mobilnya sudah sampai sebelum jam 12 nanti.

"Wah! Kalau sudah ditawarkan seperti ini bagaimana bisa di tolak, iya kan. Amuy?" sambut Faro antusias, kemudian menolehkan wajahnya melihat dan bertanya kepada Queeneira yang hanya bisa mengangguk.

"Hum," gumam Queeneira pelan.

"Kalau begitu, aku permisi dulu Unkel, Onty. Ezra pasti sudah menunggu," ucap Gavriel pamit undur diri.

"Baik. Hati-hati, Gavriel," sahut kedua orang tua Queeneira kompak, menuai anggukan kepala singkat dari Gavriel.

"Tentu."

"Queene, kamu antar Gavriel sampai mobilnya, sekalian bilang terima kasih atas bantuannya," perintah Faro dengan nada tegas, membuat Queeneira yang hendak protes akhirnya mengangguk dengan pasrah.

"Baik, Baba."

"Selamat malam, semua," ucap Gavriel, kemudian berbalik dan jalan dengan Queeneira yang mengekor di belakangnya.

Keduanya pun jalan ke arah mobil Gavriel terparkir, kemudian setelah beberapa langkah menjauhi teras rumah Queeneira, Gavriel yang sebal karena Queeneira berjalan di belakannya pun menegur dengan nada kesal yang tidaki di tutup-tutupinya.

"Hei, kamu bukan bawahanku, kenapa jalan di belakang seperti itu. Kemari atau kamu mau ak-

"Ok-ok, jangan lakukan hal macam-macam, echi. Ingat kita sedang di lihat Baba dan Mama, aku tidak bisa menendang bokongmu, jika kamu melakukan hal echi seperti tadi," sela Queeneira sewot, kemudian dengan cepat berjalan bersisihan dengan Gavriel, yang terkekeh dalam hati.

"Astaga, masih saja memanggilku dengan sebutan echi. Jadi ingin melakukan hal echi sungguhan," batin Gavriel tidak habis pikir.

"Hn."

"Ick."

Queeneira berdecak sebal, saat Gavriel hanya bergumam menjawab perkataan sebal darinya yang panjang, membuat Gavriel melirik dengan sekuat tenaga menahan diri, agar tangannya tidak mengusak rambut Queeneira saat ini juga.

"Hn," gumam Gavriel menggoda Queeneira, yang semakin kesal di sampingnya.

"Hentikan gumaman itu, Gavriel," sewot Queeneira, namun seperti yang kita tahu jika Gavriel adalah mahluk dingin yang tidak tahan dengan godaan wanita bernama Queeneira. Sehingga Queeneira yang sudah kesal harus bertambah kesal, saat gumaman Gavriel lagi-lagi menjawab gerutuannya.

"Hn."

"Akh! Gavriel,"pekik Queeneira, membuat Gavriel pun tak kuasa menahan kekehannya terlalu lama lagi, sehingga dengan segera kekehan senang Gavriel pun mengalun merdu, di sepanjang perjalanan mereka menuju mobilnya terparkir.

Ha-ha-ha!

Interaksi keduanya tentu saja di lihat oleh Faro dan Elisa di ujung sana, juga anak buah Gavriel yang berjaga di luar gerbang kediamanan Wardhana, serta mobil berwarna hitam lainnya yang menatap tawa Gavriel dengan dingin.

"Kamu masih bisa tertawa, setelah membuatku hampir membusuk di penjara. Kita lihat bagaimana kamu akan menangis darah, saat satu per satu orang yang kamu sayangi celaka," desis orang itu, kemudian menyembunyikan dirinya ketika mobil Gavriel melewati mobilnya, diikuti dengan dua mobil lainnya tidak lama dari kepergian mobil Gavriel.

"Tunggu dan nikmati saat giliranmu datang," lanjutnya, lalu menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan area depan kediamanan Wardhana.

Kembali pada Gavriel yang saat ini ada di perjalanan setelah mengantar Queeneira, ia yang awalnya ingin kembali ke Bar kembali putar arah dan menuju gedung perusahaan Queeneira.

Berhenti di depan pintu masuk, Gavriel mengulurkan tangannya ke arah belakang di mana ada bodyguard yang tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya dan memberikan sebuah bangkai handphone kepada si bodyguard.

"Cek ke dalam , periksa keseluruhan apa ada yang tidak beres. Lalu panggil petugas derek, bawa mobil itu ke bengkel dan ganti ban yang kempis, segera. Malam ini harus sudah beres, kemudian pagi-pagi sekali antar ke kediaman Wardhana, paham," ucap Gavriel dengan sekali tarikan napas, datar dan terkesan tidak ingin mengulang. Sehingga bodyguard di belakangnya memasang telinga awas dan mengangguk setelah mengerti.

"Paham, Bos."

"Hn, lalu perbaiki handphone itu sampai benar dan seperti tidak pernah tidak terjadi apa-apa. Bilang, jika di larang membuka apapun yang ada di gallery, baik itu foto atau apapun, mengerti? Saya kasih tiga hari handphone itu sudah beres," lanjut Gavriel, saat ia ingat jika Queeneira tadi memberikan handphone yang rusak, dengan ia yang berdalih tanggung jawab karena sudah membuatnya kaget.

Tumben dia tidak melawan dan memberikan handphone itu tanpa harus adu mulut, batin Gavriel heran namun selanjutnya ia mengangkat bahu tidak peduli.

"Baik, sesuai perintah," jawab si bodyguard lugas.

"Hn, sudah di pastikan tidak ada yang mencurigakan?" tanya Gavriel, dengan mata tajamnya ia menatap gedung tinggi di depannya lebih teliti.

Ia takut jika ada sesuatu yang di pasang oleh dia tanpa sepengetahuannya dan itu akan sangat bahaya jika sampai terjadi.

"Sudah, Bos. Tidak ada yang mencurigakan."

"Hn, bukan tidak ada, tapi belum. Tapi mudah-mudahan saja benar, jika tidak ada yang mencurigakan. Tetap waspada dan berjaga di sini, ingat jangan lengah," timpal Gavriel cepat, memerintahkan dengan tegas kepada bodyguard di belakangnya, yang selalu setia menemaninya pergi.

"Baik, Bos."

Gavriel kembali melihat sekitar, kemudian melihat ke atas gedung dengan mata menyipit.

"Carnell," panggil Gavriel kepada si bodyguard yang kita tahu saat ini bernama Carnell, tanpa menoleh ke arah belakang masih dengan mata menatap bagian atas gedung.

"Ya, Bos?" jawab Carnell cepat.

Carnell adalah anak dari Bima, umurnya masih muda, beda 5 tahun dari Gavriel. Tapi jangan salah, dalam hal melindungi sudah jadi makanan sehari-harinya. Ia di latih oleh ayahnya sendiri sejak kecil dan ia ikut serta menjaga Dirga, hingga akhirnya di percaya untuk menjaga Gavriel.

"Pasang CCTV dengan kualitas nomor 1 di atas sana, resolusi HD dan juga pastikan tidak ada yang tahu jika kita pasang CCTV illegal di gedung ini. Ingat jangan ada yang tahu, termasuk Daddy. Paham?" perintah Gavriel tegas.

Gavriel tahu jika Carnell di perintah sang Daddy untuk mengawasinya. Namun untunglah, ia bisa dengan mudah menghandle Carnell sehingga Carnell juga loyal kepadanya.

"Paham, Bos."

"Kalau begitu kalian istirahat setelah sampai di Bar nanti dan kalian juga bisa menikmati hiburan di sana," lanjut Gavriel kali ini dengan nada bersahabat, membuat Carnell yang mendengarnya tersenyum samar.

Ah! Anak dari Bos besarnya sepertinya sedang senang, sehingga ia bisa merasakan perbedaan auranya.

Kata ayah, cinta itu luar biasa, pantas ayah sangat mencintai mendiang ibu, batin Carnell saat mengingat alasannya sang ayah(Bima) tidak mencari pengganti ibunya yang sudah berpulang,

"Baik, terima kasih, Bos."

"Hn."

Setelah memastikan jika mobil Queeneira sudah di urus dengan benar, juga keamanan gedung perusahaan terjamin dengan mata kepalanya sendiri. Gavriel pun berjalan menuju mobilnya, kemudian meninggalkan gedung kantor menuju Bar, untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena kejadian yang hampir membuatnya kalap.

Kejadian yang hampir membuatnya mati berdiri. Namun ternyata di balik rasa khawatir berlebihannya, ia mendapatkan kesempatan modus yang lumayan bisa untuk mengisi daya semangatnya.

"Khik … Kapan lagi bisa meluk dan menggigit pipinya seperti itu, iya nggak sih, thor," batin Gavriel dengan senyum miringnya.

Bersambung.