Chereads / chove / Chapter 10 - 9. Game

Chapter 10 - 9. Game

🌧🌧🌧

"Itu bukan mauku, aku harap, kamu tau itu."

•••

HARI semakin gelap, suara malam mulai terdengar, cahaya rembulan mulai bersinar. Waktu telah menunjukkan pukul 20.00. Mereka tengah melaksanakan Api Unggun. Ya, kegiatan utama camping adalah api unggun. Disaat itu seluruh siswa berkumpul.

Seusai melaksanakan api unggun mereka mulai melangkah memasuki tendanya masing-masing.

"Sha, besok gue minep tempat lo ya. Mami sama papi gue keluar negri, gue mau ngelanjutin drakor gue kemarin," ucap Casa meminta izin. Temannya yang satu ini memang pecinta drakor juga kpopers.

"Iya Ca," jawab Alesha.

"Gue juga dong! Ntar gue bilang bunda sama ayah dulu ya." Ujar Dira ikut serta.

"Iya Dir," Alesha mulai memejamkan matanya. Mencoba masuk kealam mimpinya.

Ditenda milik Reyhan, "Fin, lo kenapa sih?" Tanya Rio memecah keheningan.

"Lo masih mikirin masa lalu ya, udah lah itu cewek juga udah gak ada kabar juga," sambungnya.

"Buka hati lo buat orang baru Fin," ucap Reyhan membantu Rio.

"Kalo lo gak mau sama Alesha, buat gue aja. Kasian tuh cewe kalo lo bercandain doang mah!"

"Kan lo juga yang bercandain bolod!" Kata Reyhan diakhiri dengan menyentil lengan temannya itu.

"Yaudah, kan itu awalnya doang. Kalo akhirnya emang mau bersatu bagus dong," ucap Rio menenangkan.

Dhafin menatap malas kedua temannya yang sibuk dengan hidupnya itu. Ia mulai merasa bosan. Dhafin memutuskan meninggalkan kedua temannya itu. Ya! Keluar tenda mencari udara segar.

"Ngapain lo malem-malem diluar?" Tanya Dhafin melihat gadis di depan tenda miliknya.

"Aku gak bisa tidur jadi aku fikir kalo keluar bisa lebih nyaman," jawabnya.

"Gue juga gak bisa tidur, Rio sama Reyhan berisik."

Alesha hanya menjawab dengan tertawa kecil. Ntahlah, padahal tadi gadis itu meminta untuk menjauhinya, tapi gadis itu tidak bisa. Ntah apa yang ia rasa, ia hanya menjalankannya sesuai kata hati bukan lagi logika.

"Kak," ucap Alesha memecah keheningan.

"Aku masuk duluan," Alesha mulai sadar kembali, Alesha tak mau menjilat ludahnya sendiri karena dekat dengan pria ini, padahal tadi ia memintanya untuk menjauhinya.

"Hm," jawab pria itu. "Sha," panggilnya lagi.

"Iya?"

"Mimpi indah." Ucapan Dhafin dengan pelan namun berhasil membuat Alesha salah tingkah. Malu, juga tak tau harus menjawab apa.

"Eh, i-iya," jawab Alesha terbata-bata.

Alesha mulai melangkah masuk ke dalam tenda. Pipi Alesha mulai merona, jantungnya pun berdegup dua kali lebih cepat.

Bagaimana bisa seorang kakak kelas yang merupakan most wanted sekolahnya itu mengucapkan kata yang begitu manis, padahal hampir seluruh gadis di SMA itu mengenal Dhafin dengan julukan si kulkas, karena sikap dinginnya.

"Ceilah si Dhafin, gombalnya bisa bener!" Goda Rio.

"Beneran dari hati gak tuh?" Tanya Reyhan.

"Emang ni orang hatinya masih berfungsi Han?" Tanya Rio dengan tampang bingung.

"Oo iya lupa, kan udah kagak!" Jawab Reyhan diakhiri tawaannya dengan Rio, Dhafin yang melihat tingkah kedua temannya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

•••

Matahari mulai muncul dengan malu-malu. Suasana masih sama, sejuk.

"Seluruh siswa berkumpul sekarang!" Teriak Bu Dewi memberi instruksi.

Para siswa mulai berkumpul. Sekarang saatnya games, ini lah yang ditunggu-tunggu para siswa. Karena dari kemarin tidak akan kegiatan yang mengasikkan bagi mereka.

"Game nya apa ya?" Gumam Alesha.

"Ntah," jawab Dira yang berhasil mendengar perkataan Alesha tadi.

"Sekarang kita akan bermain, gamenya namanya Tebak Gambar Ini! Pertama kalian harus berkumpul bersama kelompok kalian, satu kelompok terdiri atas 8 orang 4 pria juga 4 wanita. Kalian boleh memilih kelompok masing-masing. Cara bermainnya 1 orang akan diberi tau untuk menggambar sesuatu, saat 1 orang itu selesai dengan gambarannya ke7 temannya harus menebak apa yang ia gambar. Jelas?" Ucap Bu Dewi menjelaskan.

"Jelas bu!" Jawab para siswa serempak.

"Woy Rio, Dhafin! Sini!" Teriak Reyhan memanggil kedua temannya.

"Kita satu kelompok aja sama mereka," lanjutnya menunjuk Alesha, Dira dan Casa.

"Halah, modus lo kak!" Ucap Casa diakhiri geplakan kecil.

"Bukan modus, pdkt," jawab Reyhan seraya menampakkan deretan giginya.

"Kalian juga belum dapet kelompokkan?"

"Udah!" Jawab Dira ketus.

"Boong banget," kata Rio menatap curiga Dira.

"A-apa sih!" Dira yang merasa ditatap seperti itu pun merasa jijik.

"Waktunya sebentar lagi, kalian harus cepat memilih kelompok, tidak apa gabung dengan kakak atau adik kelasnya!" Bu Dewi memberi arahan.

"Yauda-yauda, kita masih kurang 2 orang lagi." Ucap Alesha meleraikan.

"Si Yuna aja sama Angga," saran Rio.

"Tumben lo Yo!" Kata Reyhan salut.

"Soalnya si Angga kan kemarin gelud sama Casa nah kalo Yuna, diakan mantan gue, sapatau mantan ngajak balikan!" Kata Rio memberi tahu.

"Katanya lo gak mau pacaran, udah tobat dari playboy nya. Gimana sih!" Reyhan angkat bicara melihat temannya yang labil itu, bagaimana bisa dia berteman dengan orang semacam Rio itu.

"Yaudah aku ajak Yuna dulu ya," Alesha mulai menjauh, ia berjalan mendekati Yuna.

"Yaudah gue yang ajak Angga," kata Reyhan mengajukan diri.

•••

Kini seluruh siswa telah mendapat kelompoknya masing-masing. Mereka mulai menempati tempat yang telah disediakan oleh panitia, beserta dengan peralatan untuk bermain.

"Yak, mulai!" Ucap panitia memulai 5 kelompok pertama. Seperti apa yang diinstruksikan Bu Dewi tadi,seluruh siswa mengikutinya dengan patuh,ya walaupun masih ada saja yang bermain-main seperti halnya Rio.

"Woy goRioRio! Becanda terus, salting ya sekelompok sama mantan," kata Reyhan kesal.

"Bakso nih," balas Rio.

"Apaan bakso?" Kata Casa tak mengerti.

"Sotoy, tapi gue gak suka soto jadi bakso aja!" Kata Rio menjelaskan.

"Aduh demi kakak gue si Lisa blackpink yang cakep itu, gak maksud somplak!" Jawab Casa dengan gaya rappernya.

"Sha! Lo aja yang gambar, kita orang mana bisa gambar," Ucap Dira yang diangguki seluruh anggota kelompoknya.

"Tapi—"

"Udah ih lo kan doyan noh ngegambar, bagus-bagus pula mirip mukanya si Abang Chanyeol gue," kata Casa meyakini.

"Ha? Chenydol?" Kata Rio mengikuti Casa.

"Berani lo ya hina Abang Chanyeol gue!" Raut wajah Casa mulai kesal.

"Udah Ca!" Kata Yuna tak tahan melihat teman-temannya yang tak henti-hentinya bertengkar itu.

•••

Kini giliran kelompok Alesha. Mereka mulai membentuk setengah lingkaran dan Alesha berada di depan mereka dengan memegang selembar kertas lengkap dengan pensil untuk menggambar.

Setelah ia membaca apa yang harus ia gambar, jari lentiknya mulai mengukir gambaran sesuatu. Alesha telah selesai dengan gambarannya. Panitia mulai menyuruhnya untuk menunjukkan hasil gambaran itu.

Ketujuh temannya itu nampak tengah berfikir. Menebak apa yang Alesha gambar agar dijadikan suatu kalimat.

"Itu kayak ada air hujan?" Kata Dira menebak. "Oo berarti hujan," lanjutnya menggantungkan kalimatnya.

"Ada pelanginya juga Dir," kata Reyhan. "Kayak cinta gue buat lo seindah pelangi, tapi sebelumnya menjadi cinta yang indah, gue harus ngelewatin hujan dengan segala petirnya," lanjut Reyhan lirih.

"Jangan-jangan itu jawabnnya Han!" Kata Dhafin menyangka.

"Maksudnya?" Tanya mereka tak mengerti.

"Jawabannya pelangi yang indah hadir setelah melewati hujan yang turun!" Jawabnya.

"BENAR!" Jawab panitia disana.

"Sama halnya kayak cinta yang indah datang setelah melalui keterpurukan di masa lalu" lanjut Alesha menghampiri teman-temannya.

"Kan Dir, cinta kita itu Dir," kata Reyhan bangga.

"Apaan si!" Dira membuang pandangannya.

"Oke lanjut game kedua!" Terdengar suara panitia memberi tahu peserta yang telah selesai di game ini.

"Game kedua cara mainnya, satu dari kalian bakal dikasih tau apa kalimat yang harus diucap, dia ngasih tau kalimat itu ke orang kedua. Nanti orang kedua ngulangin kalimat itu tapi dia makai headset, tugas dia ngasih tau orang ke tiga, begitu seterusnya sampai ke orang terakhir orang ke 6. 2 orang yang gak ikut jadi pendengar nanti kalian yang ngasih tau siapa yang salah." Jelas panitia panjang—lebar.

Permainan mulai terlaksana, seluruh peserta antusias mengikutinya. Kadang, perkataan mereka yang tak sesuai dengan kalimat yg diminta menjadi tawa bagi pendengarnya.

Kini gilirang kelompok Alesha lah yang bermain, mereka mulai mengambil posisi masing-masing. Rio berada dipaling belakang diikuti Reyhan, Dhafin,  Alesha, Dira, juga Casa dipaling ujung.

Panitia mulai mengulurkan kertas berisi tulisan yang harus Rio ucapkan pada Reyhan.

"Bunga mawar warna merah!" Ucap Rio tegas. Reyhan mengangguk dan mengulangi perkataan Rio. Reyhan pun mulai membalik badannya dan menepuk punggung pria didepannya. Mulus berjalan hingga Dira, gadis itu mulai menepuk punggung Casa.

"Bunga mawar warna merah!!" Ucap Dira lantang. Casa nampak berfikir lalu menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Mulutnya membulat membentuk huruf 'o', lalu ia mengangguk seakan faham.

"Bunga mawar—" ia nampak berfikir lagi. Teman satu kelompok Casa mulai merasa senang karna gadis itu benar sampai kata mawar terucapkan.

"Sedang marah!" Ucapnya lantang yang berhasil mendapat tatapan tajam teman-temannya yang berada di depan.

Sedangkan Angga dan Yuna yang tak ikut serta bermain hanya tertawa, menertawakan Casa yang dengan percaya diri mengucapkan dua kata itu.

"Mana ada bunga yang marah Ca!" Dira menyentil jidat gadis di depannya itu, Casa mengusap jidatnya sambil mengendus kesal.

"Iya juga ya Dir, emang apa?" Tanyanya yang sudah melepas headset.

"Bunga mawar war-na me-rah!" Jawab Dira penuh penekanan di kedua kata terakhir.

"Udah-udah gak papa, ini juga buat seru-seruan doang," ucap Yuna meleraikan keduanya.

Vote untuk lanjut ya!

Terimakasih:)

lii.