Setelah sembuh dari lukanya Frederich kembali ke kota London, Lauren sempat menangis karena ia memang sangat dekat dengan lelaki itu ketika hendak pergi. Kami mengantarnya ke stasiun kereta waktu itu, aku hanya diam. Aku mengerti perasaan Lauren yang membutuhkan pigur seorang ayah. Walau ayahnya kandungnya datang juga akan berbeda karena Daniel seorang gay.
"Aku janji padamu Lauren, aku akan pulang kembali kesini !" janjinya pada gadis kecil cantiknya.
"Benarkah papa akan pulang lagi ?" aku terkejut sudah kuduga, dan sempat melihat raut wajah Frederich tertegun.
"Tentu saja papa janji, tapi kamu harus janji menjaga mama ketika papa pergi ! oke ?" Lauren mengangguk. kemudian dia mendekatiku dan menyerahkan Lauren kepadaku.
"Aku pergi, tapi aku janji akan datang kembali ! walaupun tidak, akan kutulis surat kemari !" ujarnya sambil menatapku seperti seorang suami yang pamit kepada istrinya. Aku hanya bisa menangguk, selama ia disini hubungan kami cukup akrab tapi mungkin hanya sekedar teman saja. Tiba-tiba tubuhnya sangat dekat dia mencium keningku aku tertegun setelah itu mencium Lauren. Dan akhirnya pergi dengan kereta sambil melambaikan tangannya.
--------
Tanpa terasa waktu terus berlalu kini memasuki tahun baru 1950. Perang telah usai menyisakan banyak penderitaan dimana-mana, Frederich memang mendapat tugas di medan perang untuk bertempur melawan Nazi Jerman. karena mendapat tambahan dari pihak sekutu serta peran Rusia maka mereka bisa mengalahkan musuh. Semuanya bergembira.
Usia Lauren sekarang 12 tahun cantik anggun dan tomboy seperti aku dahulu, sementara diriku berubah lebih dewasa. aku mendapat dua berita dari 2 pria yang dulu sempat singgah dihatiku. Pertama Jeff, ia akhirnya menikah dengan wanita yang dijodohkan dengannya waktu itu, ia dikaruniai 2 orang putra putri. Sedang Daniel juga menikah lagi dengan seorang perempuan dan dikaruniai 2 orang putra putri juga, selain tentunya Arthur anak dariku. hanya itu berita yang aku dapatkan.
"Mommy ... !" teriak Lauren dan pintu ruang kerjaku terbuka di perusahaan milik mendiang ayahku, ya perusahaan kembali berjalan seperti semula. karena aku kasihan kepada para pekerja di masa perang ini sulit menghidupi keluarga. Aku berusaha berbagai cara agar tetap berjalan walau mendapat keuntungan sedikit itu tidaklah apa-apa.
"Ada apa Lauren bisakah kamu mengetuk pintu dahulu ? mungkin saja mama ada tamu disini !" ujarku melihat putriku yang terlihat berbahagia, aku yakin ia menerima surat lagi dari Frederich.
"Iya, maaf Mommy ! ini ada surat dari papa !" dia menyerahkan surat itu kepadaku aku tertegun.
"Untuk mama ? bukannya untukmu ?" tanyaku heran. Lauren tersenyum.
"Aku sudah dapat mom ! aku pergi dulu ya ! daahhh ...!" jawabnya dan langsung pergi.
"Kamu mau kemana, Lauren ?" teriakku, aku hanya menggeleng kepala melihst tingkahnya itu.
"Main mommy, dengan Teresa !"
"Ya, sudah jangan jauh-jauh !"
"Iya mommy !" setelah Lauren pergi aku menatap surat dari Frederich. ini pertama kalinya ia mengirim surat buatku, aku memutuskan untuk membukanya. aku tertegun ketika membacanya. Dia akan pulang dan langsung melamarku untuk menikah dengannya. aku terdiam, aku tidak tahu apakah sudah siap untuk seorang lelaki kembali setelah dua kali gagal.
Lauren dan aku sedang berada di stasiun Devon, kebetulan kami sekarang berada di sini, Hotel Brighton kembali di buka 3 tahun lalu setelah tutup karena perang. mungkin orang ingin rileks setelah stress karena peperangan ini dan terbukti kota Devon kembali menggeliat sektor pariwisatanya termasuk perhotelan.
Kami sedang menunggu Frederich yang akan datang sebulan setelahnya dia mengirim surat kepadaku dan Lauren dari tadi tingkahnya tidak bisa diam, ku lihat sesekali ia menengok jalan kereta api dari kota London yang masih sepi.
"Lauren bisakah kamu diam dan duduk, masih ada 10 menit lagi kereka akan datang !" ujarku kepadanya, akhirnya ia pun duduk sambil cemberut.
"Lauren, papa Frederich pasti akan datang dia sudah janji !" kataku sambil merangkul pundaknya, sebenarnya ada sesuatu yang dirahasiakannya kepada Lauren, ia membutuhkan waktu lama untuk penyembuhan. Ya kaki kanannya harus diamputasi karena terkena bom waktu penyerbuan ke Jerman. Dia harus memakai kaki palsu dari dengkul ke bawah.
"Tuuuuuttt ... !"
"Tuuuuuutt ... !" terdengar suara pluit kereta api yang menadakan kereta dari London akan tiba. Dan benar saja kereta pun tiba, yang aku tahu juga mereka membawa para tentara sukarela yang di terjunkan ke medan perang.
Akhirnya kereta pun berhenti, penumpang pun turun. Aku berusaha memegang Lauren agar tidak ikut naik dan tetap menunggu. Dan benar saja banyak yang turun adalah para tentara mereka di sambut keluarga dengan berbagai kondisi.
"Mommy itu papa !" teriaknya dia pun berlari tanpa bisa ku cegah dan memang benar itu Frederich dia agak kurus dan memakai tongkat, untunglah Lauren hanya memeluknya tidak melompat. Akhirnya dia datang mendekat.
"Aku minta maaf !" ujarnya, aku tertegun.
"Kenapa minta maaf ?" dia terdiam, aku tersenyum dan menyentuh wajahnya.
"Apapun yang terjadi aku menerimamu !" kataku ia menarik pinggangku dan mencium bibirku, tubuhku mengejang tapi kemudian kubalas, ah sudah lama rasanya tidak merasakan kehangatan seperti ini. Kemudian dia melepas ciumannya. kami menyadari Lauren sedang menatap kami berdua. Tapi dia malah tersenyum gembira dan memeluk kami berdua.
----------
Panen Anggur kembali digelar tapi ada yang istimewa kali ini, aku dan Frederich akhirnya menikah dan panen itu sebagai perayaan pesta pernikahan kami, selain itu pada saat itu juga diluncurkan botol red wine pertama dari Vineyard & Farm Anderson dengan nama Angel. Kami berencana akan mengikuti kompentisi anggur terbaik di Perancis yang pertama di gelar lagi setelah perang usai. Kami akan ke sana sebagai perayaan bulan madu, tentu saja Lauren juga ikut.
Selain itu kami juga akan ke beberapa negara, ke Scotlandia ingin melihat leluhur dari ayahku, ke Austria dan juga ke London sebelumnya terlebih dahulu setelah itu ke tempat lainnya. Selama kami pergi akan ada orang yang mengurus semuanya,
Tujuan pertama adalah kota London, aku dan Laurent akan di perkenalkan ke keluarga besar Frederich, aku sempat takut apakah mereka menerimaku atau tidak. Tapi dia meyakinkanku bahwa semua baik-baik saja dan mereka menerimaku.
Lauren sangat senang sekali ini perjalanan jauhnya yang pertama, selama ini hanya ke Devon tidak lebih, karena aku sangat sibuk dengan semua pekerjaan dan perusahaan. kamar Lauren bersebelahan dengan kamarku di ruangan kereta, Kami berangkat malam agar tiba di kota London pagi-pagi.
Aku dan Frederich beristirahat. aku melirik dia sedang membuka kaki palsunya dan ku bantu.
"Terima kasih honey, atas bantuannya !" aku tersenyum dan menciumnya. dia pun membalas dan menariku ke tempat tidur kemudian membalik tubuhku di bawah.
"Sama-sama sayang !" aku menyentuh wajahnya yang tampan dan gagah. dia kembali menciumku dan berpagutan. tiba-tiba pintu kamarku di ketuk pelan. kami melepas ciuman dan tahu itu Lauren.
"Mommy, boleh aku masuk ?" Frederich bangun dan duduk, aku memberi tanda biar aku yang membuka pintu.
"Tentu sayang ?" aku membuka pintu.
"Boleh aku tidur disini, aku janji di hotel nanti akan tidur sendiri !" aku tersenyum dan mengangguk. ia sangat senang dan melompat ke tempat tidur untungnya pas untuk bertiga.
Bersambung ...