Mendengar balasan yang cukup menohok itu, Reynand mengendurkan otot matanya seketika. Ia menyeringai dengan raut wajah kecut. Lagi-lagi masalah ini. Neneknya selalu mengaitkan dosa masa lalunya bersama Sheryl. Bahkan parahnya membandingkan tindakannya dengan Satya yang katanya tak jauh berbeda.
"Itu sama sekali berbeda, Nek." Reynand membela dirinya.
"Berbeda dari mana? Kau menggagalkan upaya penculikan terhadap wanita itu, tapi kau juga melakukan hal yang sama setelahnya. Kau dan wanita itu tak punya rasa malu sama sekali."
Reynand menelan ludahnya. Ia menatap dalam wajah keriput di depannya. "Cukup, Nek! Sheryl tidak seperti itu. Aku yang salah. Aku yang memanfaatkan keadaan. Namun yang pasti, kami memang saling mencintai pada saat yang salah."
"Cih!" Erika sontak mendecih tak suka mendengar penjelasan Reynand.
"Terserah Nenek bagaimana menanggapinya," tambah Reynand.