Kanzia masuk ke dalam kamarnya. Berbaring di atas ranjang kokoh yang terbuat dari kayu jati Belanda. Tak lekang dimakan waktu. Ranjang itu masih berdiri tegak di kamarnya walau ditindih oleh berat badan Kanzia yang mungkin sudah bertambah sekitar lima kilogram sejak ia lulus menjadi seorang dokter.
Oke! Lima kilogram itu sedikit karena Kanzia saat ini memiliki berat empat puluh delapan kilogram saja. Manik matanya berkelana ke segala sudut kamar. Sekitar sebelas tahun lalu ia memang tinggal di sana. Kamar yang penuh kenangan baginya.
"Ayah benar-benar menyayangiku," batinnya. Ia merasa sang Ayah benar-benar mempersiapkan kedatangannya di tempat itu. Tak ada yang diubah olehnya sama sekali. Semua masih sama.
Deg!
Tiba-tiba sepotong klip merasuki ingatan Kanzia kembali. Seorang pria gendut di sebuah halte, membantunya menyerang anak-anak nakal yang mencoba memalaknya. Seketika kepalanya kembali menjadi berat. Kanzia mengurut lembut keningnya.