Reynand seketika mematung mendengar cerita sahabatnya. Ia tidak menyangka kalau hal ini akan menjadi lebih serius dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Waktu memang berlalu sangat cepat, tapi Wisnu benar. Belum ada tiga minggu sejak pembicaraan mereka di telepon kala itu. Perusahaan yang meminjamkan uang kepada istri Wisnu itu benar-benar seperti lintah darat. Tidak memberikan waktu untuk bernapas sama sekali mencari uang pengganti hutang mereka.
"Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku memiliki lima puluh miliar. Aku akan memberikannya kepadamu. Dan kau mungkin bisa bernegosiasi lagi dengan orang-orang itu untuk mendapatkan keringanan."
"Tidak, Rey. Tidak bisa. Mereka ingin utuh tiga ratus miliar." Wisnu menghela napas berat. Seberat beban yang kini ada di pundaknya.
"Aku jadi ingin bertemu dengan petingginya. Siapa mereka?" Sebelah alis Reynand terangkat, menatap Wisnu penasaran.
"Ber-"