Kanzia menggeliat, merenggangkan otot-otot tubuhnya. Ia merasa sangat pegal berada dalam posisi terlentangnya. Seketika wanita itu pun memiringkan badannya ke kanan. Segera menyatukan tangan dan kakinya untuk melindungi tubuh dari rasa dingin yang tiba-tiba makin menjadi.
Mata Kanzia terus memejam, tapi pikirannya melayang. Selain rasa pegal, wanita itu juga merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Bagaimana tidak? Semalaman berada di dalam bathtub kering kamar mandi apartemen Reynand. Tidak ada kasur busa bahkan springbed di bawahnya. Hanya sehelai selimut tebal yang melindungi badannya. Itu pun atas hasil kebaikan Reynand yang memberikannya.
Aku ada di mana? Mengapa kasur ini sangat tidak nyaman? Seperti ubin yang sangat dingin di kamar mandi. Begitu pikirnya.
Memikirkan hal itu, otaknya pun mulai bekerja. Mata lentik Kanzia sontak terbuka lebar. Tubuhnya menegak, mengedarkan pandangannya ke segala arah.
"Ini benar-benar kamar mandi," gumamnya menganga dengan mata membulat.