Lamunan An Jia Li buyar saat ia merasakan getaran di kakinya. Ia pun lantas bangun dari duduknya sambil memperhatikan dengan jelas lagi hujan yang masih turun.
"Jadi hujan ini dari danau giok. Pantas saja turunnya terasa aneh. Dia pasti sudah meletakan kunci pertama, tapi selama kunci yang setengahnya berada di tanganku, ia tidak akan bisa membukanya" guman An Jia Li yang menggenggam erat jepit rambut peony yang dulu ia berikan pada Li Yi yang terkena tehnik kutukan jiwa yang hilang.
"Jika aku terus Bersama Yi-Gege. Ia pasti aka naman, tapi… bahkan nyawanya kini sedang berada di dua batas-"
"Nona Xia…"
"Tuan Chen?" An Jia Li pun lantas langsung menyerang pertanyaan pada Weiheng, "bagaimana dengan Yang Mulia Li?!. Apakah dia baik-baik saja?!. Apakah-…"