Chapter 9 - KEMBALI

Sekarang, Ia berada di sebuah hutan. Jika perkataan Auristela benar, maka ia sekarang berada di dekat wilayah manusia. Ia berjalan menelusuri hutan dengan harapan menemukan sebuah Kota atau desa.

Karena pada malam hari, semua hewan yang ganas saat malam hari keluar untuk mencari makan. Dengan kekuatannya yang sekarang, ia tidak yakin akan bertahan saat malam hari.

Ia mulai berjalan di tengah hutan itu. Beberapa jam kemudian, ia menemukan ada sebuah jalan di bawah. Ia turun dan mengikuti jalan itu.

Sore hari, akhirnya ia melihat sebuah rumah yang tidak asing. Rumah yang sangat ia rindukan. Ia lari dengan perasaan senang menuju rumah tersebut.

"Akhirnya, akhirnya aku pulang kerumahku." (Amon)

"Tapi tunggu, kata Auristela aku dikirim ke wilayah yang dekat dengan banyak manusia?, kenapa aku dikirim ke rumahku?" (Amon)

Ia tidak terlalu memikirkan hal itu dan segera masuk ke dalam. Pintu tidak terkunci, di dalam rumah tidak ada apa apa, Hanya ada meja di kamar buku.

Di meja itu, ada sebuah kertas yang dilipat secara rapi. Ia medekati meja itu dan mengambil surat yang ada di meja.

"Apa ini?," pikirku.

"Ini sebuah surat?" (Amon)

Aku menemukan sebuah surat di meja. Rumahku kosong dan tidak ada apa apa, seperti rumah yang ditinggalkan.

Aku membuka surat yang ada di meja dan membaca nya.

[UNTUK AMON VERENICH]

[Amon, Ibu dan Ayah pergi untuk tinggal di kota. Ibu dan Ayah tinggal di Rumah saudaramu yang ada di Kota Tygu. Jika kamu membaca surat ini, berarti kamu sudah pulang dari tempat yang kamu bicarakan dua tahun yang lalu. Saat itu, kami berdua sangat senang karena kamu baik baik saja.

Jika kamu sudah membaca surat ini, segeralah untuk pergi ke Kota Tygu. Ibu dan Ayah menunggu kepulanganmu, Amon.

Alamat : Kota Tygu, Jalan Merpati, Nomor V456.

Catatan : Jika kamu bingung, tanya saja seseorang yang ada di kota Tygu. Rumah atau tempat peralatan petualang.]

"Ibu…Ayah…." (Amon)

Untung saja aku pergi ke rumah terlebih dahulu.

"Sepertinya jika aku tadi ke kiri, aku akan sampai ke kota." (Amon)

Aku pergi ke kamar, ternyata ada satu kasur disana. Ini seperti sudah direncanakan oleh mereka. Takdir memang sangat mengerikan.

Saya sekarang sudah lelah. Saya membersihkan kasur dan tidur karena rasa kantuk yang luar biasa.

****

Pagi hari, saya bangun dari tidur dan mandi. Setelah mandi, Saya tetap memakai baju sebelumnya. Saya sekarang tidak mempunyai apa apa, saya hanya membawa buah dari Gua itu dan tidak membawa hal barang lain.

Untung saja saya membawa buah dari Gua tersebut. Jika tidak, bagaimana kondisi perut saya sekarang. Saat ini saya sedang memakan buah yang kubawa untuk mengisi tenaga dan perut saya.

Setelah saya makan, saya langsung pergi dari rumah. Tentu saja saya membawa surat yang ada di meja tersebut untuk mencari alamat Ayah dan Ibu berada.

Saya harus cepat pergi dari sini, karena mereka sudah menunggu kedatanganku.

Saya menutup pintu rumah dan pergi.

****

Setelah beberapa jam berjalan, tepatnya pada malam hari. Saat ini aku sedang di serang oleh para bandit. Aku dikepung dari depan, samping dan belakang.

Jika orang biasa, mungkin sudah mati. Tapi yang sekarang mereka lawan adalah mantan orang terkuat di dunia.

Aku menggunakan mana dengan element petir untuk mempercepat langkahku. Aku dengan cepat melangkah ke salah satu bandit tersebut dan memperkuat tanganku dengan mana. Lalu aku menusuk bandit yang ada di depanku dan melangkah ke bandit lain. Aku melakukan hal itu dan ku sisakan pemimpinnya sendiri.

Pemimpin para bandit itu bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Mereka semua mati secara tiba tiba seperti terkena sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata.

Dengan wajah ketakutan bandit itu berkata, "K-kau…bagaimana kau melakukan hal seperti ini!"

"Ya seperti yang kau lihat, aku menghabisi teman - temanmu tanpa membuang buang waktu." (Amon)

"Sekarang giliranmu!" (Amon)

Aku melangkah dengan cepat ke arah pemimpin para bandit itu. Ia sempat berkata, "T-tunggu dul-" tapi sudah dibunuh oleh Amon.

Ada beberapa barang yang ditinggalkan oleh bandit itu. Ia mengambil baju dan tas yang ada pada bandit tersebut lalu memutuskan untuk istirahat di wilayah itu. Tentu saja jarak antara para mayat bandit dan aku lumayan jauh.

****

Pagi telah tiba, Aku melanjutkan perjalanan ke kota Tygu. Aku jalan dengan santai sembari melihat sekitar. Di kanan dan kiri hanya ada pohon dan pohon, tapi untungnya ada suara indah dari burung.

Aku memutuskan untuk lari karena tidak sabar untuk bertemu dengan mereka berdua. Aku lari di antara pepohonan dan akhirnya sampai di depan kota Tygu.

Tepat di depan Kota Tygu, ada pemeriksaan. Aku melihat mereka yang masuk ke sana itu menunjukkan sesuatu yang menjadi akses masuk ke sana. Aku bagaimana?.

Saya tetap melanjutkan untuk mengantre. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya giliran saya.

Ia mengulurkan tangannya seperti meminta sesuatu. Saya tidak tahu apa yang mereka inginkan, apakah seperti yang lainnya atau hal lain.

"Cepatlah nak, apa kau tidak punya kartu keluar masuk atau tanda petualang?" Ucap penjaga.

"Saya tidak punya kedua hal itu, tapi saya dititipkan surat oleh keluarga saya." (Amon)

"Coba berikan." (Penjaga)

Aku mengambil surat dari tas dan meletakkan surat itu di tangan penjaga.

Ia melihat surat itu beberapa detik dan mengembalikannya padaku.

"Oh, baiklah silahkan masuk, lanjut!" (Penjaga)

Saya akhirnya masuk ke kota Tygu.

****

Di dalam kota, saya bertanya kepada salah satu pedagang disana.

"Pak, maaf saya mau bertanya, Tempat Peralatan Petualang itu di mana ya?" (Amon)

Ia menjawab pertanyaanku dan menjelaskan arahnya.

"Terimakasih." (Amon)

Lalu aku bergegas pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh pedagang itu.

Saat ini saya berada di depan toko peralatan petualang, tapi nomor yang ada di surat itu adalah rumah yang ada di samping toko itu.

Saya masuk ke halaman itu, rumah itu besar dan luas. Saya menekan bel di dekat pintu rumah tersebut.

Ting

Ting

Ting

Ada seseorang yang membuka pintu. Ia seorang perempuan kecil yang menggemaskan, aku berpikir ia sedikit mirip dengan Ayah.

"Maaf, apakah ada orang tuamu?" (Amon)

Ada seseorang yang datang sembari berkata, "Kaila, kamu jangan kabu-"

Saya kaget, ternyata ia adalah Ibuku.

-BERSAMBUNG-

INFORMASI :

AMON VERENICH

NAMA : Amon Verenich / Arion Dhafin

GOLONGAN DARAH : O

GELAR : ORANG TERKUAT (KEHIDUPAN SEBELUMNYA)

SIFAT : TEGAS, BAIK HATI, SEDIKIT SOMBONG.

Usia : 38 / 6 tahun 1 bulan (After death)