Mengemudikan motor seraya menahan koper di ruang kaki yang ternyata tak muat—cukup membuat Rere kerepotan sendiri, tapi ia tetap harus melakukannya, meski masih mengenakan piyama tidur, ia mesti berusaha mencari tempat tinggal dadakan seorang diri seperti sekarang.
Wajah sedihnya tentu tak bisa bersembunyi, ia memamerkannya pada semua orang, pada pemilik kost yang menolaknya karena tempat mereka sudah terisi penuh. Ketika matahari begitu kejamnya menyengat, Rere masih terkatung-katung di jalan raya seraya terus berputar mencari tempat tinggal yang baru setelah diusir Arista pagi tadi.
Ia benar-benar meninggalkan rumah itu meski terasa berat, bukan karena tak bisa lagi menempati terlelap di kasur empuk serta makan enak gratisan di rumah mewah tersebut, Rere sebatas menyayangkan sikap Arista yang berubah 180derajat dan tak mau mempercayai perkataannya. Arista tak membuka pintu maaf, dan ini cukup sulit bagi Rere.
