Bukan hanya Barra yang pincang atau melangkah tertatih, sekarang Rere juga sama saking tak bisa menahan perih di lututnya, jadi mereka seperti sepasang pincang. Gadis itu bergerak keluar kamar mengejar Barra yang sudah lebih dulu pergi dan mulai menapaki anak tangga.
"Barra! Barr, dengerin aku sebentar." Rere mempercepat langkahnya, tampak Barra terhenti di tengah tangga seraya beralih menatap Rere bersama ekspresi tak bersahabat, ia takkan bohong kalau begitu kecewa menanggapi betapa mudahnya Rere bertingkah seperti itu, menutup-nutupi hal buruk yang terjadi dengannya tanpa mengerti sesulit apa Barra menerima keadaan Rere jika disakiti orang lain, selama ini ia selalu menjaganya sebaik mungkin tanpa kurang suatu apa pun.