Barra melangkahkan kakinya menapaki anak tangga, ia merasa lebih tenang sekarang, jadi Barra memberanikan diri menemui Rere lagi di kamar tadi. Ia membuka pintu dan menemukan keadaan di dalam sana kosong, saat Barra menutupnya—barulah terlihat Rere berdiri di balik pintu seraya menatap sedih lali-laki itu.
"Re—" Saat ia mendekat, Rere mendorongnya hingga beberapa langkah, kentara sekali penolakan gadis itu. "Gue minta maaf, Re." Barra maju lagi dan menangkup wajah Rere, ia mendelik begitu menemukan lebam di pipi kiri. "Apa ini gara-gara gue tadi?" Ekspresinya panik sekaligus syok, bagaimana mungkin Barra menciptakan bekas separah itu. "Iya, kan?".
