Wajah Rere begitu sendu, bahkan matanya terlihat memerah, ia memang sudah menangis saat berpamitan pada Sita kalau mengakhiri pekerjaannya di Rosemary, padahal Sita baru menemukan teman yang sejalan, tapi ia harus kehilangan karena situasi memang tak memihak siapa-siapa. Rere membenci perpisahan, tapi setiap saat malah ia rasakan.
Ada saja luka baru yang memintanya menelan bulat-bulat, sembari mengemudikan kendaraannya membelah jalanan ibukota malam ini, sesekali Rere menyeka air mata yang masih suka berjatuhan sebab terngiang banyak hal.
Rosemary adalah rumah untuk Rere, ia diperlakukan begitu baik, bahkan dijaga oleh Andra. Teringat saat masih di Bali ketika gadis itu digoda pria bule saja Andra pasang badan, anggap saja Andra adalah kakak laki-laki untuk Rere. Kenapa sih orang-orang baik mesti mendapat masalah yang cukup parah?
Apa karena Tuhan selalu melihat jika mereka mampu melewatinya—lantas dikejutkan tiada henti?