"Gue mau ke kantor polisi, gue enggak bisa cuma diem aja, dari semalem Rere enggak pulang. Kalau di luar sana dia kenapa-kenapa gimana?" Barra sama sekali tak bisa diam, isi pikiran laki-laki itu hanya dipenuhi sebuah nama; Rere. Sejak semalam ia susah sekali terlelap dan sibuk mondar-mandir mengecek tirai jendela kamar Rere yang memang terus ditungguinya—sebab sangat mengharap kepulangan gadis itu, mungkin sekitar pukul empat Barra baru tumbang—pun karena ia terlelap secara tidak sadar di ranjang kamar Rere ketika pemiliknya menikmati masa tenang di rumah sakit.
"Barra, percuma lo ke kantor polisi sekarang, laporan lo nggak akan ditanggepin, karena ini belum 24 jam Rere pergi. Coba pikir lagi deh." Arista menahan sang adik, ia juga tak kalah panik menanggapi Rere yang tak kunjung pulang, sampai detik ini nomornya masih belum bisa dihubungi, membuat sang adik kian frustrasi.