Pukul delapan malam Rosemary kembali tutup, masa kerja Rere berakhir juga, kini ia sudah melaju mengemudikan motornya menyapa malam ibukota di antara lampu-lampu sen roda empat di sekitarnya, kalau sudah begini seperti mengingat saat masih berada di Denpasar. Pulang malam karena lembur dan menikmati udara malam yang bersahabat sampai mesti memutar arah agar tak melewati jalan yang gelap nan mencekam.
Hanya saja Rere sedang tidak bersemangat hari ini, kadangkala ia senang jika pulang kerja, karena ada alasan untuknya menyambut rumah, tapi kali ini Rere merasakan semuanya rumit. Barra tak mengirimkan chat apa pun, biasanya laki-laki itu banyak memperingatkan agar Rere tetap hati-hati. Ia sekadar membaca situasi kalau belum ada tanda-tanda sebuah maaf untuk hari ini, dan hal tersebut yang membuat Rere merasa malas untuk pulang, ia enggan menghadapi Barra atau siapa pun di rumah.