"Barra, Rere. Saya pamit pulang ya, permisi," pamit Melisa saat akhirnya ia melangkah menyusuri halaman rumah seraya menghubungi seseorang, Barra serta Rere masih berdiri di ambang pintu.
"Re, lo tahu nggak?"
"Tahu soal apa?"
"Soal Melisa."
Rere menggeleng. "Ya enggaklah, kenal juga baru hari ini. Emang kenapa tanya-tanya kayak gitu?"
"Kalau deket dia jadi inget sama lo di awal-awal kita ketemu. Dia kalem banget, ya kalemnya kayak tertekan gitu, gue kan udah enggak pakai tatto. Emangnya masih serem?" Barra berusaha mengoreksi dirinya, tak ada hal yang menyeramkan, dia malah lebih mirip anak rumahan.
Rere bersidekap seraya menatap Barra dari ujung kaki hingga kepala, lantas terus saja begitu sampai beberapa kali, Barra mengernyit bingung, apa Rere juga bisa menatapnya sampai tembus pandang hingga mengetahui semua? Ia menyipit curiga. "Stop! Harus banget ngelihatnya kayak gitu? Berasa lagi telanjangi gue aja lo."
