Chereads / university vip / Chapter 12 - diam bukan berarti tidak berani

Chapter 12 - diam bukan berarti tidak berani

Arsya langsung mengunci apartemennya itu, lalu mengganti pakaiannya.

mood nya sedang tidak bagus saat ini.

lalu ada suara ketukan pintu dari luar.

"tuk tuk tuk!"

setelah suara ketukan berhenti, terdengarlah suara pria meminta maaf dari balik pintu, siapa lagi jika bukan suara kak jo yang mengikutinya sejak tadi, "sya, aku meminta maaf atas perlakuan yeoyung, atas perlakuannya tadi, untuk itu, besok pagi aku akan mengantarmu seharian untuk ke kampus dan mengenal kota ini, apa kau mau?".

dari dalam apartemen, Arsya masih tidak menjawab. lalu juho melanjutkan perkataannya.

"aku akan memberikan apapun yang kau inginkan".

setelah itu dari dalam terdengar suara kunci yang membuka pintu.

wajah Arsya masih tidak begitu senang.

"tak perlu berlebihan, aku bukan perempuan yang senang dengan barang barang yang diberi oleh orang lain. aku ikut besok untuk ke kampus, selebihnya terserah kakak".

" hmm.... baiklah, aku pergi ke kamarku, kau beristirahatlah".

"ya". setelah kak jo pergi, Arsya ingin menutup pintu dan mendapat telepon dari kak jujia.

"hallo kak, ada apa?". Arsya langsung mengangkat telepon dari kak jujia.

"tidak ada apa apa, aku hanya meminta maaf telah merepotkan mu, aku merasa bersalah, tidak seharusnya aku menyuruhmu".

" tidak apa apa kak, kan aku pernah bilang aku akan menjagamu".

"terimakasih ya sya, aku merasa bersalah sekali, sebagai permintaan maaf ku, kau boleh gunakan card ku sepuas mu, tak apa apa, kau boleh menggunakannya".

"iya, terimakasih ya kak, tapi aku tidak ingin menggunakannya jika aku tidak membutuhkannya secara mendesak".

"iya, sekali lagi maafkan aku ya sya...."

"iya kak, tidak apa apa". percakapan mereka pun berakhir setelah Arsya menutup teleponnya.

°

°

°

karena haus, Arsya membuat es coklat, tiba tiba ada orang mengetuk pintu dengan sangat tidak sopan, ketukannya seperti ingin mengajak berkelahi.

"arsya sangat suka apartemennya, ia tidak ingin siapapun melihat kamarnya, dan memegang benda benda kesayangannya, ia sangat menjaga hati hati apartemen itu, setelah di dekor oleh dirinya, apartemen itu sangat nyaman, lebih dari apapun, hingga ia sangat jarang keluar dari apartemennya.

ia berjalan pelan, membuka pintu dengan hati hati dan menutupnya, tidak ada yang boleh memasuki kamarnya itu. ia berbalik badan, ia melihat anak yang seumurannya bersama ayahnya.

"hey, apa kau yang membuat tangan anakku hingga terkilir?, dasar anak tidak berpendidikan!!!! beraninya kau seperti itu dengan anakku!!"

ayah anak tersebut mendorong Arsya hingga tersungkur, ia bangkit dan hanya diam dengan tatapan tajam kepada ayah dan anaknya itu.

jujia yang mendengar keributan itu, ia penasaran, apakah ada masalah lagi? ia tak berani keluar, ia hanya mengintip dari pintu yang ia buka sedikit.

karena ia panik, ia tidak tau apa yang harus dilakukan, jalan satu satunya hanya juho yang dapat membantunya, dengan segera ia menelepon.

setelah mendapat pemberitahuan itu, juho tak terima, ia bergegas keluar apartemen dan turun.

betapa terkejutnya ia melihat Arsya jatuh tersungkur dan berusaha bangkit kembali, ia langsung datang dan mendekatinya dan berusaha menolongnya.

"ada masalah apa sampai tuan seperti ini kepada anak ini?"

"dia ini, anak tidak tau diri!, lihatlah tangan anakku, sampai terkilir seperti ini!!, kata anakku dia hanya ingin memegang rambutnya, malah anak saya disakiti, saya tidak terima itu, jadi saya acak acak saja rambutnya, kalau perlu saya buat kedua tangannya terkilir juga!!!".

"ayah, ayah sudah..."

anak itu belum selesai bicara ayahnya langsung memotongnya.

"kau diam saja!"

"sebelumnya perkenalkan saya dan adik saya, dia Arsya lee, dan saya kim juho, apakah saya tidak salah dengan pernyataan anak anda tentang tangannya?, bukankah dia yang ingin menyakiti Arsya sebelumnya?".

"bagaimana bisa seperti itu, anak saya benar dan dia jujur, bagaimana dia bisa buat pernyataan bohong seperti itu!".

"benarkah anak bapak benar dan jujur? kalau begitu, berarti kali ini anak bapak berbohong".

" kau itu!!!! kakak dan adik sama saja, bagaimana bisa, anakku kau tuduh bohong seperti itu!!!".

"aku tidak bohong, mengapa aku harus berbohong? itu tidak berguna bukan?, aku bilang seperti ini karena aku melihat dengan kedua mataku sendiri, bahwa anakmu itu telah menyakiti Arsya! dia ingin memotong rambutnya!, bagaimana arsya tidak marah oleh perlakuan anakmu seperti itu!".

lalu anak itu berbicara " sudahlah ayah! apakah ayah tidak tau jika ia pemilik perusahaan ini, ayah bisa saja dipecat dengan mudah".

"kau itu!, anak tidak tau di untung, aku membelamu, mengapa kau malah membelanya! memangnya dia itu siapa!?".

"ayah! dia itu tuan muda, dia mudah saja memecat ayah".

"yang benar saja kau ini!".

tiba tiba ada asisten kak jo, yang menghampiri. "tuan, sekarang ada pertemuan dengan direktur, aku harap kau bersiap siap dengan segera".

"tentu, aku akan segera ke sana, bawa Arsya ke ruangan ku dulu, aku segera menyusul".

"baik tuan".

juho berbalik badan dengan tatapan berbeda dari yang tadi, kini tatapannya menyeramkan, matanya hitam dan sangat dingin.

"seharusnya kau mendidik anakmu dengan baik, bukannya suka melakukan pembullyan terhadap anak anak lain".

setelah mengatakan itu, ia pergi, kini ayah dan anak itu hanya bisa diam dan terpaku mendengarnya, kini ayah itu berbalik marah kepada anaknya dan melakukan hukuman kepadanya.

Arsya mengikuti asisten kak juho hingga ke sampai ke depan pintu, tak lama kemudian kak jo datang dan mempersilahkan Arsya masuk, ia ingin mengobati luka yang ada di sikunya dan dengkulnya, lukanya memar memar dan lecet.

"aku akan mengobatinya".

"tidak perlu!, aku akan meminta bantuan pada kak jujia, aku keluar".

Arsya keluar dari kamar kak jo dan diikuti dari belakang, setelah agak jauh, jo berbisik pada asistennya, "wo, tolong antar dia sampai apartemennya, lalu kau segera kembali".

"baik tuan jo".

setelah Arsya sampai depan pintu kak jujia ia mengetuk nya, tak lama kak jujia membukakan pintu itu.

ia duduk di sofa, kak jujia segera mengambil air hangat untuk mengompresnya.

"mengapa kau tidak melawannya, mengapa kau malah diam saja seperti itu?".

"jika aku melawannya, dia bisa saja membuat pernyataan baru, lagipula, aku diam bukan berarti aku tidak berani melawan mereka".

"iya iya, kau itu memang kuat, aku kagum melihatnya".

"tak usah berlebihan". jujia langsung membantu Arsya mengobati lukanya, setelah selesai Arsya langsung kembali ke apartemennya.