karena ia akan pergi untuk melihat kampus, ia bersiap siap terlebih dahulu, memilih pakaian yang pantas dan cocok.
hampir setengah jam ia mencari cari pakaian, kini lemari nya agak berantakan, bagaimana ia tidak bingung, pakaian yang ia miliki kebanyakan pakaian Lolita.
setelah ia mendapatkan pakaian yang tepat ia langsung bergegas mandi.
tak lama setelah ia selesai mandi, ia melihat di atas kasur nya terdapat pakaian, tentu saja itu bukan miliknya, pakaiannya bagus sekali, kemeja putih dan rok berwarna cream, tentu saja itu warna kesukaannya, bagaimana yang memberikan pakaian ini bisa tau warna kesukaanku, ia berpikir, mungkin saja ini dari kak jo atas permintaan maaf nya.
ia pun mengenakan pakaian pemberian itu, sangat cocok sekali dengan lekukan tubuhnya , apalagi kemeja itu dimasukkan, terlihat sangat rapi, wajahnya terlihat sangat imut sekali, ditambah rambutnya yang di ikat dua.
pagi itu ia sangat bersemangat, karena ia tak mau menunggu, dengan cepat ia langsung pergi ke apartemen kak jo.
setelah ia sampai di depan pintu, ia mengetuk nya.
"kak jo! apa kau di dalam? aku sudah menunggu untuk hari ini!".
mengetuk beberapa kali dengan sangat bersemangat.
ia menoleh ke kanan dan ke kiri, siapa tau kak jo tidak di dalam, saat ia mengetuk lagi pintu itu dibuka, tangan mungil nya mengenai wajah orang tersebut.
"aakh!, hey kau, apa kau tidak memiliki mata! sakit tau!"
wajahnya sedikit cemberut, namun Arsya tak memperdulikannya, ia menengok ke dalam ruangan dengan kaki sedikit jinjit agar terlihat.
"hey kau! bukannya meminta maaf, malah melihat lihat ke dalam ruangan, kau itu sangat tidak sopan ya".
"memangnya kenapa? ini kan ruangan kak jo, aku memiliki urusan dengan nya, bukan denganmu, lagipula mengapa kau disini?, jangan jangan kau mau maling ya?! tolloong!!! ada malli.....".
lalu yeo langsung menutup mulutnya dan membawanya ke dalam kamar kak jo.
"hey apa kau bisa diam!!".
"mengapa aku harus diam! kau benar kan pencuri!".
"apa kau tidak tau!!!!!!! aku itu!!!!!".
tiba tiba ada seseorang yang membuka pintu, wajah yang dingin dan tajam itu memasuki apartemennya.
"hmm....., mari kita pergi dan jangan hiraukan dia".
juho langsung menarik tangan Arsya dan membawanya keluar, Arsya hanya diam dan mengikuti arahan kak jo, ia bingung, mengapa orang asing bisa memasuki ruangan kak jo, dan kak jo pun tidak memarahinya dan segera memanggil keamanan, apa dia ada hubungannya dengan keluarganya?, pertanyaan di otak nya kini penuh.
di perjalanan Arsya dan kak jo hanya diam, kemudian kak jo membuka percakapan di tengah keheningan itu.
"dia itu adikku".
seketika Arsya langsung menoleh dan terkejut.
"bagaimana bisa? aku tidak pernah bertemu dengannya?".
"yaa.... dia dibawa oleh ibu keluar negeri saat dia berumur 5 tahun, aku tinggal dengan ayah saat di indonesia".
"benarkah?, apa dia seumuran denganku sekarang ini?".
juho hanya diam, pertanda mengiyakan
"jika begitu..... mengapa dia tidak pernah kelihatan saat di indonesia?, aku kan sering bermain denganmu? mengapa aku tidak pernah bertemu dengannya?".
"hmm..... lambat laun kau akan menemukan jawabannya.
Arsya terdiam dan berfikir akan masa kecilnya, sepertinya ia pernah bermain dengan seseorang yang pendiam, sekilas ia ingat dan tidak, karena tidak ingin membebani fikiran nya ia melupakan soal adik kak juho.
°
°
°
°
°
mereka pun sampai di kampus itu, mereka pun keluar dari mobil, Arsya hanya ditemani oleh kak jo, bodyguard nya tidak ikut, itu permintaan dari kak jo.
saat melihat kampus itu mata Arsya melongo, ia seperti benar benar di dalam mimpi, ia menyipitkan matanya, kini pipinya merah, ia meletakkan kedua tangannya ke pipinya, ia mencubit pipinya untuk menandakan bahwa ini bukanlah mimpi.
sambil berjalan Arsya menyempatkan untuk memberikan kabar gembira nya.
lalu ia menelepon ibu, namun tidak tersambung..., mungkin mereka sibuk untuk restoran seafood nya.
agak sedikit sedih, namun Arsya langsung menelepon kak jujia untuk memberikan kabar gembira ini.
kak jujia juga sangat senang setelah mendapat kabar ini.
"apa kau senang? semoga kau betah di sana ya".
"tentu saja kak, karena aku sangat gembira, kaka ingin menitip apa? aku akan membelikannya!".
"benarkah? aku hanya minta untuk dibelikan susu untuk ibu hamil, apa kau bisa?".
"iya, tak apa, aku akan membelikannya nanti".
"terimakasih ya...".
lalu Arsya menutup teleponnya, juho yang sedari tadi hanya mendengarkan hanya terdiam dan tidak berkata, hanya menatap ke arah Arsya.
"apa itu telepon dari jujia?"
"iya".
"berarti kau sudah tau semuanya tentangku, aku sebagai ayah dari anak itu kurang memperhatikannya, aku merasa bersalah".
"tak apa kak, aku akan menjaga kak jujia sampai bayi itu lahir, kak jujia sangat baik, ia tidak ingin reputasi keluarga kak jo hancur, jadi untuk sementara ini jalan terbaik adalah menyembunyikannya kepada semua orang".
"aku tau itu, tapi menyembunyikan hal ini tidaklah mudah, bisa saja ada orang yang ingin membongkar hal ini".
"itu bisa saja terjadi, tapi aku akan berusaha untuk menjaganya, kak jo percayalah denganku".
senyum itupun keluar dari kak jo yang sedari tadi murung, bisa saja ada orang yang ingin merusak reputasi keluarga tuan muda, dengan cara ini sangat mudah, namun jujia dan Arsya bekerjasama dengan sangat baik.
lima menit kemudian akhirnya mereka sampai di kelas arsya, tempatnya bagus, jalan masuknya juga tidak berbelit, mudah saja untuk di ingat oleh Arsya.
setelah Arsya sudah tau, mereka pun menuju kantin kampus, makanan di sana seperti restoran, bagaimana tidak kampus itu merupakan kampus ter elit dari seluruh kampus , biayanya juga tidak main main.
mereka pun memilih makanan, namun Arsya kali ini tidak makan, dan hanya memesan minuman jus jeruk.
"mengapa tidak memesan?"
"tak apa, harganya sangat mahal, lagipula disini tidak ada ramen".
"jika kau ingin ramen sepulang dari sini kita akan ke cafe".
"cafe?, untuk apa?".
"tentu saja untuk memakan ramen tradisional, itu tidak dijual karena rasanya sangat enak".
"benarkah? aku jadi tidak sabar".
muka Arsya terlihat sangat manis, pipi yang berwarna merah jambu itu membuat siapa saja yang melihat langsung terpesona.
setelah mereka selesai mengenal kampus itu, mereka pun menuju ke mall untuk membeli susu dan langsung pergi ke cafe.
saat sampai di depan cafe Arsya merasa tidak asing dengan cafe itu, benar saja, itu cafe yang pada saat itu ia bertemu dengan si pembuat masalah, mereka pun masuk kedalam.
"apa kau mengenal ini?"
"tentu saja" dengan wajah agak sedikit kesal. kak juho tau, ia kesal karena masalah pada hari itu.
"kak, mengapa ruangan ini sangat nyaman? mengapa kita dipersilahkan masuk dan bukannya di ruangan luar?, tempat ini sangat bagus, pasti bukan orang sembarangan yang boleh memasukinya kan?".
" iya, tentu saja, ini ruangan untuk keluargaku, termasuk kau juga boleh memasukinya".
"aku sangat senang kak, terimakasih, tapi ini berlebihan, jika aku harus duduk diluar juga tidak apa apa".
"tapi kau disini juga boleh, o iya aku belum bilang padamu, kamar ku yang di apartemen itu akan digunakan oleh adikku, aku akan jarang ada di sana, jadi jika kau ada perlu, kau tinggal meneleponku".
"iya kak".
tiba tiba Arsya berdiri dan menuju ke tempat kasir, juho hanya melihatnya dari jauh.
tak lama kemudian Arsya duduk kembali dengan senyum di wajahnya.
"mengapa kau sangat senang?".
"aku akan bekerja disini minggu depan".
wajah juho sedikit terkejut. "mengapa bekerja?".
"tidak apa kak, aku hanya ingin mandiri dan dapat menghasilkan uang sendiri tanpa harus merepotkan kak jo".
"memangnya masih ada yang kurang?".
"tidak ada".
"sya... kau ingin pakaian datang ke mall dan mengambil baju itu boleh, mau makan di cafe ini tidak bayar untukmu itu sangat boleh, aku kan sudah bilang, fasilitas mu aku yang akan bertanggung jawab".
"iya kak, terimakasih atas semuanya, tapi aku juga kan melanjutkan kehidupan, tidak mungkin kan aku akan tergantung pada kekayaan keluarga kak jo, lagipula aku tidak menginginkan itu semua, aku hanya ingin belajar mencari uang sendiri".
juho hanya terdiam, entah setuju atau tidak sepertinya keinginan Arsya sangat kuat, ia ingin melarang pun tujuan yang ia inginkan itu untuk kehidupannya kelak.