Chereads / batas kasat mata / Chapter 11 - sampai kapan kau akan melihatku nona???

Chapter 11 - sampai kapan kau akan melihatku nona???

"dimana dia sekarang guru..!!!"

"anak itu masih belum lahir."

"apaaaaa belum lahiiiiiiirrrr.....! dan guru sudah meprediksikan-Nya" sang guru hanya tersenyum.

"dia akan mendatangimu, saat kau sedang di puncak akhir semedimu."

"saat itu, ikutlah bersamanya"

"baik guru, akan aku ingat pesan guru."

jadi begitu.. makanya, kalian sering bilang, aku adalah anak dalam ramalan..! "ya.. dan apa yang dikatakan guru, semuanya benar. makanya, aku akan ikut kemanapun baginda pergi. karna baginda..! adalah sahabatku, adik sperguruanku, dan sekaligus rajaku. jadi baginda tidak boleh protes, jika mahu protes, ajukan saja kepada guru.

"ahahaha..." mengapa baginda tertawa?? "ya kau lucu sekali, kakak sperguruan." cih jangan mengejek hamba baginda. "aku serius."

********

dogala, setelah melewati pertimbangan yang panjang.. saranmu untuk menjadi sekutu. telah kami setujui, namun dengan syarat.. "apa itu?" jika misi ini berhasil serahkan kepala raja muda itu kepada kami. "baiklah tapi jika saya boleh tahu.. untuk apa! para tetua.. meminta kepala raja muda..??" karna kami masih punya urusan dengan kerajaan laut merah. "baik saya mengerti."

danngga..! "ya baginda?" kirimkan surat ini kepada bakra. "baik baginda akan hamba laksanakan." dengan begini, tinggal mencari pihak sekutu, yang memusuhi raja muda itu. kita harus mencari sekutu sebanyak mungkin, semakin banyak semakin baik bukan. "benar baginda."

"modam apa yang sedang engkau lakukan..!" aku bingung sudah beberapa hari ini.. baginda tidak kelihatan, kemana beliau, menghilang bersama dewi. "entahlah, kau tahu sendiri.. sultan kita itu, sering hilang dan muncul tetiba. jadi sulit menemui baginda.. apa kau ingin menemui beliau..?" tidak juga.. aku hanya sedikit khawatir, istana dibiarkan kosong. tanpa sang sultan.

"kau tak perlu memikirkanya.. urusan kerajaan kita serahkan saja, pada beliau. kita cukup menjalankan.. apa yang disuruh baginda." kau benar.. oh iya, ku dengar si faruk dan dazak telah kembali. tetapi, aku belum melihat mereka, sejak mereka kembali dari misi. "entahlah.. mugkin, saja mereka mendapatkan misi baru." enak sekali jadi mereka.. aku juga ingin mendapatkan misi, karna membosankan sekali diistana.. tanpa melakukan apapun. "kalau begitu kau tinggal bilang saja.. kebaginda." ya benar juga, akan aku fikirkan.

tok.. tok.. tok.. "masuk" tuan ada tamu dari jauh.. "siapa?" beliau utusan dari kerajaan bermuda, tuan."suruh masuk." baik tuan. silahkan tuan bakra sudah menunggu, didalam. 'terima kasih. hormat saya tuan, bakra.. saya kemari membawa, pesan dari baginda, dogala.' "bawa kemari.." (salam saya, saya membawa kabar baik, dari para sekutu.. dan mereka menerima persekutuan ini, namun dengan syarat, menyerahkan kepala raja muda.. sebagai kompensasi atas kerjasama yang terjalin. dan untuk memulai perang, alangkah baiknya.. kita mengumpulkan para sekutu, semakin banyak sekutu.. semakin bagus untuk rencana kita. dan, saya harap.. anda juga mengumpulkan para sekutu, yang memusuhi, zaffar. dan kita akan menyusun rencana ulang, dan perkuat pertahanan para pasukan.. untuk menghadapi perang.. dogala.)

* * * * *

assalamualaikum..? hormat kami kepada baginda. "apa kabarmu kek, sudah lama sekali aku tidak kemari dan tempat ini sudah banyak berubah..!" alhamdulillah kabar saya baik saja baginda, terimakasih karna baginda telah sudi datang ketempat yang kumuh ini." jangan begitu kek, aku sangat menghormatimu, perlakukan aku seperti biasanya." baik baginda.. saya telah banyak mendengar kabar anda dari barda. "ya.. saya juga baru dari sana, dan dia telah banyak cerita tentang kakek, salam baginda..! sudah lama anda tidak datang berkunjung kemari, terakhir anda berkunjung saat anda masi remaja. "haha ya itu sudah lama sekali bibik.. bagaimana kabarmu bik, ku dengar paman telah wafat..? maaf aku tidak bisa hadir , waktu itu aku masih berkelana bersama guru."

alhamdulillah, kabar saya baik baginda. tidak apa apa baginda, suami saya ada menitipkan sesuatu untuk baginda. ah siapa ini.. cantik sekali.. apakah beliau adalah dewi.. yang banyak dibicarakan. "ah benar bik perkenalkan, dia adalah istriku. safia, kenalkan kakek sadan, adalah peri penjaga hutan terlarang. dan ini bibik ansya, anak dari kakek sadan.. mereka sudah seperti keluarga bagiku. dulu aku sering bermain kesini.. dan itu sudah sangat lama sekali." ya benar dewi.. baginda dulu sangat nakal sekali, "ah benarkah itu bik, saya jadi penasaran, ingin mendengar banyak tentang suami saya."

tentu saja dewi.. tapi sebelum itu, sudilah kiranya anda makan siang bersama kami, karna anda pasti sudah sangat lapar.. dikarenakan perjalanan yang sangat jauh. terimakasih bibik, anda baik sekali. jangan sungkan dewi, beliau sudah seperti, anak saya sendiri.

"nak zaffar, siapa anak yang bersamamu.. aura kepemimpinan anak itu kuat sekali.. apalagi kulihat dia mempunyai kekuatan yang sangat besar." (zaffar berhenti diperbatasan hutan, dan mereka berjalan kaki, kehutan terlarang. jadi tidak ada yang tahu, kalau dia adalah seekor naga.) kek kau orang kedua.. yang sudah berkata sperti itu. "benarkah, ya..! tapi memang seperti itu yang terlihat dari anak itu." apa yang kau lihat tidak salah kek, dia memang seorang raja. dari benua utara. " apa..!! jadi itu benar, benua utara... bukannya benua utara adalah kawasan para monster..???" ya tidak salah. "kau berunung nak! kudengar sudah banyak, kerajaan ingin memiliki kekuatan naga itu tapi semuanya berakhir dengan mati dengan tragis."

baginda.. bolehkah aku berjalan melihat kesekitar. "pergilah kak.. tapi sebelum itu. kau harus sembunyikan tekanan aura dan kekuatanmu. walau kau sudah menyamar, sebagai manusia biasa, tapi tetap saja masih terlihat." ah! maaf baginda, aku terlupa untuk menutupinya. jika kita tidak di istana, kau tidak perlu memanggilku baginda. panggil saja namaku, hehe baiklah adik, aku pergi dulu. "kenapa nak zaffar memanggilnya kakak??" karna dia kakak seperguruanku, kek. "pantas saja, kalian terlihat akrab. bagaimana kabar gurumu nak?? sudah lama aku tidak bertemu dengannya." alhamdulillah baik, kek. "syukurlah, jika bertemu.. sampaikan salamku, untuk gurumu." baik kek.

seorang gadis.. berparas cantik, berambut putih, berkulit pucat. memakai tiara. gadis itu selalu turun dari gunung dia sering bermain kepinggiran danau, dan duduk dipohon kesukaannya. sambil, menatap langit. "hmmm kapan aku bisa bebas, seperti burung dilangit biru, dunia diluar sana.. pasti sangatlah indah bukan. aku sangat kesepian disini.. cit.. cit.. miru kau juga datang? kau selalu menemani ku, cit.. cit.. hanya kau temanku miru." burung biru itu, selalu menghampiri sang gadis, setiap gadis itu datang. "wow danaunya sangat indah.., aku rasa aku mandi disini saja." pria itu langsung terjun kedanau, untuk mandi. tanpa ia sadari seseorang sedang memperhatikannya dari atas pohon yang tinggi.

"dia sangat tampan, tapi siapa dia..!! aku belum pernah melihat dia sebelumnya, apakah dia penduduk baru disini.." wanita itu terus memperhatikan pria itu dari kejauhan. dia tersenyum memperhatikan, tingkah pria itu yang terkadang terlihat seperti anak kecil.. sangat lucu baginya. "ah segar sekali.. hooow byurrr airnya dingin. segar sekali" cusss... cusss... pria itu naik berjalan menyudahi mandinya. kemudian dia duduk diatas batu, menikmati keindahan danau dan pegunungan.

sampai kapan kau akan melihatku nona??? "eh, buuuk sigadis terjun dari pohon, sejak kapan kau menyadarinya..!" setelah aku selesai mandi, aromamu yang harum terbawa angin hingga kesini. "apakah kau penduduk baru disini.. soalnya aku tidak pernah, melihatmu sebelumnya." buussshh dalam sekejap, si pria muncul dihadapan gadis itu, gadis yang terkejut langsung kaget, dan bergerak mundur. "ba..ba..gaimana anda bisa secepat itu kemari, anda terlalu dekat." sang pria menyentuh dagu gadis itu, dan menatapnya dengan jarak yang sangat dekat. kau sangat cantik nona. tapi sayang, aku sedang terburu - buru, aku pulang dulu, sampai jumpa. pria itu tersenyum, lalu pergi meniggalkan beribu tanya..! pada seorang gadis yang menatap punggung bidang itu, dari kejauhan.