Chereads / Secangkir Kopi Senja / Chapter 2 - BAGIAN 1 : KEMBALINYA SAHABAT LAMA

Chapter 2 - BAGIAN 1 : KEMBALINYA SAHABAT LAMA

"Rindu. Bagaikan hujan, ia mengalir deras membahasahi relung jiwa yang paling dalam. Membangkitkan rasa, menggugah asa. Namun, begitu berat jika dirasa." – Galuh CN.

***

"Nak, kok udah rapi pagi-pagi gini, mau kemana?" tanya ayah Galuh yang terkejut karena putrinya yang sudah akan beranjak pergi sepagi ini.

"Mau ke kawasan Malioboro yah, mau berburu foto disana, ada klien yang pesen soalnya." Balas Galuh dengan lembutnya.

"Sepagi ini?" tanya lelaki paruh baya itu kepada putrinya.

"Iya ayah. Tapi sebelum ke Malioboro aku mau ke makam ibu dulu, aku kangen pada ibu." Sahut Galuh kepada ayahnya. Ibu Galuh memang sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena sebuah tragedi penembakan yang terjadi saat acara ulang tahun perusahaan ayahnya. Kepergian ibu yang sangat dicintainya meninggalkan duka yang mendalam bagi Galuh dan meninggalkan kebencian pada orang yang menjadi penyebab kematian ibunya. Rasa bencinya tidak akan pernah hilang sampai pelaku penembakan tersebut ditemukan.

Tak lama Bima kemudian menghapiri putrinya yang sudah berdiri di ambang pintu rumah untuk mengucapkan hati-hati dan kemudian mengecup kening putri semata wayangnya itu.

Matahari mulai beranjak meninggi, menandakan hari sudah semakin siang. Setelah selesai mendoakan ibunya. Galuh lantas beranjak menuju kawasan Malioboro. Berbekal kamera mirrorless Fujifilm X-T100 hadiah ulang tahun dari sang ayah, Galuh tidak akan menyia-nyiakan momen langka keramaian Pasar Beringharjo.

Dengan segera Galuh kemudian menyalakan mobilnya dan mulai menancap pedal gas secara perlahan. Mobil Galuh kemudian membelah keramaian kota dengan pelan tapi pasti. Ia tak mau melajukan mobilnya terlalu cepat agar tidak membahayakan orang disekitarnya, karena Galuh tak mau menjadi penyebab hilangnya nyawa seseorang yang teramat berharga bagi keluarganya.

Beranjak siang jalanan di sekitar kawasan Malioboro mulai padat oleh lalu lalang kendaraan dan juga para pejalan kaki. Karena tidak ingin melewatkan momen untuk memotret, Galuh akhirnya memarkirkan mobilnya di utara Malioboro, tepatnya di parkiran Abu Bakar Ali. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki menyusuri jalanan Malioboro.

Tak membutuhkan waktu lama, Galuh sudah tiba di Pasar Beringharjo. Disini Galuh mengincar interaksi jual beli dibagian bumbu dapur dan bahan bahan dapur lainnya. Ia memilih kesisi pasar bagian sini dikarenakan suasananya yang masih tetap tradisional dengan nuansa khas pasar-pasar seperti di pedesaan.

Tidak ingin membuang waktu yang teramat berharga, Galuh kemudian memulai kegiatannya. Diposisikannya kamera kecil bergaya retro tersebut untuk mendapat angel yang dirasa pas. Sembari menunggu momen yang tepat tak jarang apabila dirinya sesekali melemparkan canda gurau kepada para pedagang yang menjadi objek fotonya.

Cukup lama Galuh berada di pasar tersebut, jam di pergelangan tangannya telah menunjukkan pukul 11 siang. Ia kemudian lekas beranjak dari kermaian pasar yang mulai terlihat sedikit sepi dikarenakan para pedagang yang mulai berkemas untuk pulang. "Sepertinya para pedagang sudah mulai kukut, alangkah baiknya aku juga mulai beranjak pergi dari sini." Gumam Galuh disela-sela langkah kakinya.

Ketika Galuh beranjak ingin ke parkiran mobilnya, ditengah jalan ponselnya berbunyi. Nampak sebuah chat masuk dari nomor yang tidak dikenal. Awalnya Galuh hanya mengira ini hanya orang iseng, tapi rasa penasaran mendorongnya untuk membuka chat tersebut. Dan betapa terkejutnya Galuh ketika mengetahui chat tersebut berasal dari sahabat lamanya.

Dari :xxx

Kau tidak mau menjemputku di bandara Rum?

Pesawatku lending malam ini jam 21.30

Dari: Galuh CN

(wait, kenapa kok panggilannya ga asing ya?)

Tungu-tunggu, ini siapa?

Dari cara panggil namaku kaya temen kecilku Ardian Pratama.

Dari:xxx

Hehe.. bener kok Ningrum sayang

Apakah kepergianku yang cukup lama membuatmu pikun?

Galuh POV

Seseorang yang biasa memanggilku Ningrum kan hanya satu orang. Dan orang itu tidak lain dan tidak bukan hanya sahabat masa kecilku Adrian Pramana. Bagaimana dia bisa mengetahui nomor ponselku? Pasti ayah yang memberi tahu. Akhirnya setelah sekian lama aku bisa bertemu kembali dengan sahabat lamaku. Jahat sekali dia meninggalkanku ketika lulus dari SMP. Aku akan memberinya pelajaran.

Dari: Galuh CN

Ya enggak lah, aku tuh cuma kaget tau

Kalau begitu aku akan menjemputmu nanti malam

Semoga ayahku mengijinkan

Dari : Adrian

Pasti uncle Bima mengijinkan

Baiklah, aku akan menunggumu di bandara

See you Ningrum sayang :*

Dasar Adrian, sifatnya dari dulu memang tidak berubah selalu saja setia manggil namaku Ningrum. Ketika aku sedang membaca chat terakhir Adrian, tiba-tiba ada orang yang tidak sengaja menubrukku.

(bruk)

Aku yang memiliki badan lebih kecil dari si penabrak langsung sedikit terpental ke belakang.

"Makanya kalo lagi jalan itu jangan sambil main HP!" kata orang yang menubruk.

Karena merasa memang ini salahku, aku pun minta maaf. "Ah iya, mohon maaf kalau tindakan Saya merugikan Anda."

"Saking terlalu senang, aku jadi ga fokus waktu jalan. Malu banget tadi sampe nabrak orang". Setelah mendapat makian orang tadi, aku kemudian bergegas pulang ke rumah untuk memberitahukan hal ini pada ayah. Pasti ayah juga akan sangat senang. Ketika hendak pergi meninggalkan lapangan parkir, aku teringat bahwa ayah sedang di kantor hari ini, kalau begitu aku akan menyusul ayah ke kantor saja.

Kulajukan mobilku dengan kecepatan standar, walaupun jalanan tengah terbilang sepi siang ini, tapi aku tidak mau mengambil resiko dengan membuat masalah di sekitar sini. Aku tidak mau membuat ayah kerepotan dengan ulahku.

Sesampaiku di kantor ayah, aku langsung memarkirkan mobilku di deretan mobil para petinggi dan tamu perusahaan. Sebelum memasuki kantor ayah, kurapikan kembali pakaianku. Aku tidak mau membuat ayah malu di depan para pegawainya karena pakaianku yang tidak rapi. Setelah dirasa cukup, aku kemudian pergi ke dalam gedung dan menemui resepsionis yang kebetulan sudah hafal denganku.

"Mau bertemu tuan, Nona?" tanya resepsionis itu padaku. "Iya, apakah ayah ada di ruangannya?" tanyaku pada resepsionis tersebut. Namun jawaban resepsionis itu sedikit membuatku kecewa, ternyata ayah sedang meeting penting dengan klien dan baru selesai nanti pukul 15.00

Dengan rasa kecewa, aku kemudian memutuskan untuk menunggu ayah di ruang kerjanya. Kulangkahkan kaki jenjangku ke arah lift. Sepanjang jalan menuju lift tak henti-hentinya sapaan dari pegawai ayah banyak tertuju padaku. Dengan ramah ku balas sapaan tersebut dengan senang hati hingga sampailah aku di dalam lift. Ku tekan tombol lift itu kelantai yang paling atas, tempat ruang CEO berada.

Kak Candra, sekertaris pribadi ayahku yang telah melihatku dari balik lift langsung tersenyum ke arahku. Mengetahui sang empunya ruangan tengah sibuk menghadapi klien, Kak Candra langsung saja menyuruhku masuk. "Tumben sekali kesini, ada apa?" tanya Kak Candra padaku. Aku dan Kak Candra memang sudah sangat akrab karena ia sudah seperti kakak buatku.

"Iya kak, Galuh lagi seneng, sahabat Galuh akhirnya pulang. Niatnya tadi mau kasih tau ayah di rumah, tapi baru inget kalo ayah lagi ngantor hari ini."

"Wah, senang banget dong. Pasti bapak senang dengarnya. Kalau begitu kakak tinggal ya?" melihat Kak candra yang tengah sibuk membuatku lantas mengangguk agar ia lekas kembali menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda akibat ulahku. Sembari menunggu ayah, aku pun merebahkan badanku di sofa sampai tak kusadari, akhirnya aku pun tertidur.