"Aku dan raka sudah saling mengenal satu sama lain, mungkin dia kelihatan dingin tapi tidak, dia hangat. Tapi mungkin dia hangat ke orang yang dia sayangi aja. Jadi aku mohon jangan jadi pengganggu hubungan kami ya, aku minta baik baik tolong jauhi raka." -si cewe
Alena tidak tahu harus menjawab apa, rasanya otaknya berhenti berfungsi, mendadak ia blank seperti orang bego. Alena kemudian tersenyum.
"Makasih udah ngasih tau aku, kamu tenang aja, karena mulai sekarang aku akan menjauhi raka, aku ga akan ganggu hubungan kalian lagi. Maaf, aku tidak tahu kalau sebelumnya kalian akam dijodohkan. Kalau begitu aku permisi." - alena
Satu yang dirasakan alena, kecewa.
Jadi selama ini alasan raka tidak pernah menerimanya karena laki laki itu sudah dijodohkan? Kenapa raka tidak pernah memberitahu padanya? Kenapa raka membiarkan alena mengejarnya seperti orang gila meski ditolak berkali kali?
Jika raka mengatakan lebih awal tentang perjodohan itu, alena pasti akan berhenti sejak dulu. Ia bukan perempuan yang akan merusak hubungan orang lain.
Apa memberitahu alena sesusah itu bagi raka? Apa perasaan alena tidak pernah penting? Tidak perlu memaki alena seperti itu, dengan memberitahu alasannya saja alena pasti sudah menjauh.
Jadi apa maksud raka sebenarnya?
Sepulang sekolah alena memutuskan untuk menemui raka. Setidaknya ia ingin penjelasan lebih jelas dari laki laki itu.
Dan disinilah alena berada, dibelakang sekolah bersama dengan seorang laki laki yang pernah ia cintai dengan tulus, namun tak pernah membalas perasaannya tapi selalu membantunya setiap ia kesusahan.
"Ngapain lo manggil gue kesini? "-raka
"Al cuma mau nanya sekali, tolong dijawab dengan jujur. Kenapa raka ga pernah balas perasaannya al? "-alena
Raka diam.
"Selama ini raka selalu menghindar al, tapi tiap al sakit atau terpuruk raka selalu ada, raka selalu ngebuang al jauh jauh. Jadi maksudnya raka nolongin al apa? Perasaan raka ke al sebenarnya apa?"-alena
Raka tetap diam, meski al sudah mulai menangis raka tetap diam, seolah air mata perempuan itu tidak berarti apa apa baginya. Tapi tanpa alena tauhati raka bergetar melihat air mata itu.
"Jawab! Kenapa diam? "-alena
"Al cuman mau tau kebenarannya, al janji kalau al udah tau kebenarannya ga akan ganggu raka lagi"-alena
"Jawab raka"-alena
"Gue mau pulang. Lo baik baik, jangan jalan kaki, jangan naik angkot"-raka
"Tunggu raka".
Raka tidak menjawab, ia semakin menjauh.
"Apa ini karena raka dijodohin?"-alena
Raka berhenti, tangannya terkepal erat. Namun ia tak mau berbalik.
"Apa alasan raka gamau nerima al karena raka udah dijodohin? Raka dijodohin sama perempuan itu kan? Yang waktu itu raka ajak pulang bareng. Al tau, al tau semuanya"-alena
"Jahat! Kenapa raka gabilang ke al? Al dengan bodohnya mengejar ngejar bahkan berharap bisa bersama raka, padahal raka tau kalau akhirnya kaya gini"-alena
"Kenapa raka ga kasih tau al? Kalau dari dulu raka kasih tau ran, tanpa raka suruh al akan menjauh dari raka"-alena
"Apa raka suka dikejar kejar? Apa raka suka ngeliat cewe yang terus ngarepin raka? Hingga raka membiarkan al mengejar ngejar raka tanpa tau kebenarannya"-alena
"Kali ini yang benar benar terakhir, al marah, al kecewa sama raka"-alena
Alena kemudian pergi begitu saja. Meninggalkan raka yang masih menggenggam erat celananya. Raka kesal. Sangat kesal. Ia memukul dinding yang ada disebelahnya.