(JANGAN DIBACA)
Tidak, Riska tak menjawabnya menggunakan suara, tapi pada bibir yang mengawali sebuah kecupan singkat, membuat Meira langsung diam sembari menatap penuh tanya cowok itu. Riska juga melepas tangan Meira yang sempat tertahan di balik pinggang.
"Udah bawelnya? Mau pelan apa express?" titah Riska.
"Apaan sih, nggak jelas banget lo jadi cowok." Meira turun dari meja, mendelik dan menyingkir dari sana, tapi tetap saja Riska mengekor seperti anak ayam. "Hape gue apa aja isinya selama berhari-hari di rumah sakit coba." Ia memasuki kamar, membungkuk di tepi ranjang saat meraih ponsel di tempat terakhir kali meninggalkan, setelah itu baru duduk di permukaan ranjang.
Namun, tiba-tiba Riska merebut gawai kekasihnya, menyimpan benda itu di saku celana seraya berkata, "Pulang itu langsung istirahat, bukan main hape." Otoriter sekali cowok yang satu ini.
"Kok gitu sih? Kan hape gue? Ya terserah mau lihat dulu atau enggak kan, pelit banget lo."