"Makasih udah mau makan malam sama papa lagi, Nak. Sekarang papa harus pulang, kamu jangan lupa istirahat, ya. Jangan terlalu memikirkan kasus itu, orang yang nggak salah pasti lolos dari hukuman."
"Iya."
"Papa pamit." Sehan memberanikan tangannya menyentuh puncak kepala Meira sebelum membuka pintu dan keluar dari sana. Sudah dua kali Sehan mendapat kebahagiaan di tempat ini, mungkin ia harus lebih sering datang ke apartemen Meira, mencari rasa senang agar detak jantungnya tetap baik-baik saja.
Ia melangkah menghampiri lift, masuk seorang diri hingga menemui lantai utama. Lantas menemui lengang di area lobi, ia bersemangat sekali, senyum sulit tanggal dari wajahnya saat ini. Tepat ketika Sehan hendak melewati pintu kaca lobi, langkahnya terhenti saat seseorang di luar sana juga tertegun membeku di tempatnya, sorot mata mereka berada dalam satu orbit lurus.
Bahkan setelah sekian lama, masih ada pertemuan yang disiapkan untuk mereka, mungkin memang hanya terjeda karena keadaan.