"Mey, cowok lo setia banget nemenin, bukannya dia lagi kuliah juga kan?" Lolita mulai membahas tentang Riska saat Meira satu mobil lagi dengannya, ia sibuk mengemudi sembari sesekali melihat spion sisi kanan sebatas memastikan jika Riska masih mengikuti mereka.
Meira menopang sisi kepala pada jendela mobil, entah kapan berhentinya ia memikirkan semua masalah yang serasa mencekik leher, menekan jantung hingga kesulitan berdegup. Ia tak bisa berpura-pura kuat untuk hal seperti itu, karena cukup berpengaruh pada kehidupannya di masa depan, kecemasan itu terlihat jelas, apalagi Meira menolak untuk dihidupi oleh Ashila maupun Sehan, telanjur kecewa membuatnya ingin terus melakukan segala sendiri—seolah tak pernah ada orang lain mengulurkan tangan terhadapnya.
Ia takut jatuh ke salah satu dari mereka jika kasus tersebut menutup akses keuangannya, sebab Meira tak ingin memilih salah satunya, lebih baik ia bertahan sendiri—seperti saat tanpa mereka.