Prang!
Suara tersebut membuat Riska bergerak cepat menghampiri dapur, ia menemukan Meira berdiri di depan meja makan sembari menunduk meletakan sepasang telempapnya di permukaan meja, pecahan gelas berserakan di dekat kaki Meira. Perempuan itu sibuk mengatur pernapasan yang terasa sesak, rongga dada seperti kehilangan udara sampai sulit menghela.
"Mey! Lo ngapain!" Tanpa menginjak pecahan gelas, ia berhasil mendekat dan menarik Meira ke tempat lain, membawanya keluar dari dapur sebelum mendudukan gadis itu di sofa ruang tamu, tampak bola matanya memerah tanpa ingin melihat Riska. Mey sampai menepis kasar tiba-tiba, kentara jika ia marah. "Mey—"
"Diem lo!" bentak gadis itu saat Riska memilih berlutut di depannya, berusaha meraih tangan Mey yang justru disembunyikan pemiliknya di balik punggung. "Gue enggak mau ngomong sama lo, Riska!" Ia beranjak, tapi Riska menariknya lagi hingga terduduk.