Harusnya Riska pulang ke rumah sekarang, tapi amarah yang besar membuatnya tak ingin pulang sebelum kekesalannya benar-benar redam, sebab masih ada hati yang perlu dijaga dan diajak bercengkrama agar semuanya baik-baik saja, Riska tak ingin memperlihatkan jika ia kesal terhadap teman-temannya, jadi lebih baik menepi sejenak dan memukul panch mitt yang terpasang pada tangan kanan Gian.
Berkali-kali tangan yang terbalut hand wrap putih tersebut mengepal memukul panch mitt tanpa kenal lelah, performa Riska justru meningkat saat amarah menguasai tubuh, padahal jika bertanding para peserta diharap menurunkan ego agar bisa menguasai diri serta tak mudah lelah—sebab melontarkan semua tenaga akibat amarahnya sejak awal.
Isi kepala, arah mata, gerak tangan—ketiga hal tersebut berkolaborasi menjadi satu, membuat Riska semakin mudah melakukan kegiatannya saat emosi meletup akibat ulah orang lain, tapi Saka berada di tempat ini dan datang bersama Riska.