"Rak, makasih kamu udah ngeluangin waktu buat dengerin cerita aku sama ...." Meira menelan saliva. "Sama orang itu." Matanya masih berkaca-kaca, sementara mereka baru saja keluar dari ruang teater setelah film berakhir tanpa memberi kesan apa-apa pada sepasang penonton tersebut, karena candaan mereka tak memiliki pengaruh secuil pun untuk Meira.
"Aku mau selalu denger semuanya, Mey." Raki melepas kacamata sekadar mengusap lensa yang baru dijatuhi debu, saat akan memasangnya lagi—justru Meira tahan, ia mengambil alih kacamata tersebut dan memakainya. "Wow, udah mirip kamu belum?" Lucu ya, setelah menangis-nangis di dalam ruang teater, suasana hati cewek itu seketika berubah setelah melewati pintu utama. Lihatlah bagaimana ia tersenyum lebar di depan Raki.
"Ya nggak akan mirip lah, Mey. Kan itu kamu, bukan aku."
Meira melepas kacamata tersebut dan memasangnya untuk Raki. "Minus berapa sih, kok enggak puyeng atau kunang-kunang gitu ya di aku. Cuma aksesoris aja, ya?"