Pantai, Riska merealisasika ucapannya, dan jas milik Riska tak cukup membuat Mey merasa lebih baik, angin kencang yang membuat pepohonan tak jauh dari bibir pantai sudah cukup menjadi alasan dingin nan menyergap, menggoda dan ingin menguliti. Mey merasa kalau Riska itu memang sinting, tega-teganya berbuat seperti ini pada dirinya.
Sementara Riska mencari sesuatu yang bisa dibakar—katanya, Mey melepas high heels dan melangkah tanpa alas kaki di permukaan pasir yang dingin sebelum memungut sebuah daun kering untuk alas duduk, ia menekuk lutut sembari menggosok-gosok telapak tangan.
Tak berselang lama Riska kembali, ia membawa setumpuk ranting kering. Meletakannya di depan Mey, menyalakan pemantik api untuk membakar ranting-ranting tersebut, beberapa sampah plastik kering sangat berguna. Riska berhasil menyelesaikan tugasnya—mengurangi udara dingin di sekeliling mereka meski tak besar-besar juga sih api yang menyala itu. Paling tidak sedikit menjalarkan hangat ke tubuh masing-masing.