"Lo gila ngomong kayak gitu, lo tahu nggak—status lo yang sekarang sama kayak cowok-cowok asing luaran sana di mata gue—yang hobinya ngerayu cewek."
"Gue nggak peduli." Riska begitu santai, mungkin ia takkan mempermasalahkan lagi segala cemoohan dari Meira padanya.
"Lo tahu dari mana gue kerja di sini."
"Bu Marta." Ia memperhatikan penampilan Meira dari ujung kaki hingga kepala, sebuah rok pensil yang merapatkan sepasang paha serta blouse putih tipis, tapi Mey mengenakan tank top di bagian dalam, jadi area sensitif tubuhnya terlindungi, kalau diingat-ingat semasa kuliah Mey juga pernah tertutup atas permintaan Riska, bahkan hingga wisuda meski Riska tetap tak muncul—Mey tetap mengenakan sesuatu yang menyembunyikan lekuk tubuhnya. "Bagusan kayak gini, lebih tertutup plus makin cantik." Pujiannya memang tulus, tapi belum tentu diterima oleh lawan bicara.