Sepasang netra Meira menangkap pemandangan berbeda, bukan lagi belantara gelap yang minim cahaya dengan banyak pohon tinggi serta mencekam—oleh kepanikan dan rasa takut dari banyak orang. Cewek itu menatap sekitar, keterkejutannya berubah sendu, ombak menerjang di pelupuk mata yang akhirnya bisa menyuarakan lagi isi hati Meira saat ini.
"Riska mana?" Pertanyaan yang pertama keluar dari bibirnya saat beranjak duduk seraya menatap sepasang kekasih nan mendekat setelah sama-sama duduk di sofa seberang, ia melihat punggung tangan kanannya tertancap jarum infus, memang apa yang Meira lakukan sampai akhirnya berada di rumah sakit? Terbaring di ranjang ini dan hanya ditemani Mona serta Saka.
"Gue lega banget lo udah bangun, Mey. Kita di rumah sakit, masih di Sukabumi, kalau ke Jakarta kelamaan. Gue takut lo kenapa-kenapa," ucap Mona nan mengusap kepala sahabatnya.
"Riska mana?" Pertanyaan yang sama muncul, binar harap membingkai eboni Meira saat terus menghunjam Mona serta Saka.