Angin siang ini terasa berbeda, seperti tersesat ke tempat yang tidak seharusnya, padahal langit memang cerah, kapas-kapas juga masih menggantung di angkasa. Apa yang salah? Intuisi dalam benak seseorang mungkin. Ia mengeratkan dekapannya pada perut manusia nan fokus mengendarai motor, meliuk di antara kendaraan lain yang lumayan ramai tumpah di jalan raya.
Meira melamun, ia tak lagi banyak bicara atau menyuarakan kecemasannya sejak teman-teman Riska memohon agar cowok itu diizinkan ikut hiking esok hari, membayangkan sebuah perpisahan yang pasti tentu membuat tiap-tiap orang merasa sedih, apalagi mereka tak tahu hendak ke mana Riska setelah wisuda, temannya itu masih abu-abu. Meira masih meyaikini kalau setelah wisuda selesai ia akan dipertemukan dengan orangtua Riska, momen yang paling ditunggu-tunggunya, bukan?