"Halo?" Jovan masih setengah sadar saat menjawab ponselnya.
"Pagi ini segera ke kantor pukul 9, Karen bakal jeput kamu," ucap Bu Clara. Tanpa melihat nama kontak di ponselnya pun, Jovan sudah bisa tahu suara siapa itu. Kantuknya seketika menghilang. Bu Clara hanya menelpon bila ada sesuatu yang salah, pikiran Jovan melayang kesana kemari, memikirkan kesalahannya, apa video itu sudah muncul, pikirnya.
"Ada apa?" tanya Jovan, tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
"Datang saja jam 9 nanti" jawab Bu Clara, yang berarti Jovan tidak perlu bertanya lebih lanjut, dia hanya perlu datang ke kantor bosnya itu pukul 8 nanti.
"Oke Bu" balas Jovan. Dia mengusap kasar wajahnya. Kepala Jovan terasa berdenyut-denyut usai mendapatkan telepon dari Bu Clara. Jovan mengambil ponselnya, dan langsung mencoba mencari berita tentang dirinya. Jantung Jovan berdebar lebih cepat saat melihat berita teratas dan terbaru mengenai dirinya. Video itu akhirnya tersebar dan berita mengenai video itu sudah ada disemua media. Jovan bahkan tidak berani untuk menghidupkan televisinya. Hanya satu yang terlintas di kepala Jovan, mulai besok karirnya akan tamat, Jovan yakin hari ini Bu Clara akan memutuskan kontrak kerja Jovan dengan agensinya. Album Jovan selanjutnya mungkin hanya tinggal kenangan, batin Jovan dalam hati. Dia berkali-kali mengutuk kebodohannya. Kini dia mau tidak mau, suka tidak suka harus menghadapi konsekuensi dari kebodohannya.
Karen datang sekitar pukul 8 pagi, tidak ada senyuman di wajahnya. Jovan tidak bertanya, mungkin saja manajernya itu juga kena marah Bu Clara karena dianggap tidak becus menjaga artisnya hingga membuat keonaran lagi. Karen hanya melirik datar ke arah Jovan. Ada banyak hal yang ingin dia utarakan pada artisnya itu, tapi Karen menahan dirinya, biar saja Bu Clara yang membereskannya nanti. Lebih baik diam, batin Karen. Dalam 45 menit, mereka sudah sampai di depan kantor Bu Clara. Sekretaris Bu Clara entah berada dimana, Jovan tidak menemukannya, justru Bu Clara yang melihat kedatangan Jovan dan Karen, langsung meminta mereka berdua untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Pagi Bu" sapa Karen. Jovan juga ikut menyapa. Bu Clara hanya mengangguk saja. Dia memberikan kode melalui wajahnya agar mereka berdua duduk. Bu Clara lalu menghidupkan televisi yang ada di ruangannya. Ada salah satu acara gosip yang secara eksklusif menayangkan skandal Jovan ini, mulai dari rekaman di pesta gay hingga rekaman videonya di kamar mandi bar. Bu Clara juga sengaja menyetel televisi itu dengan volume cukup keras. Perempuan tua ini tahu benar bagaimana membuat orang kesal, batin Jovan, dia melirik ke arah Karen, manajernya itu tampaknya tidak peduli, Karen duduk sambil bertopang dagu dengan malas. Matanya menatap lurus ke arah layar televisi.
"Penjelasan?" tanya Bu Clara dengan serius ke arah Jovan, perempuan tua itu juga mengecilkan volume televisi yang sedang menayangkan iklan. Jovan menghela napas berat sebelumnya.
"Salah saya Bu, saya bosan di rumah karena hampir 2 minggu lebih saya hanya didalam rumah saja, tapi sungguh, itu tidak seperti yang terlihat di video tadi, hanya kecelakaan. Gadis yang di video tadi, saya hanya mengecek bajunya yang berwarna merah, saya pikir dia terluka, tapi gadis itu tidak sengaja menolak badan saya dan kita terjatuh, di saat yang bersamaan ada sekelompok anak muda yang masuk, salah satunya sedang siaran live, seperti itu Bu" jelas Jovan, berharap Bu Clara mempercayai perkataannya, karena mau berapa kali pun Jovan menjelaskan dengan sejujur-jujurnya, pasti tetap ada yang merasa kalau cerita ini hanya dibuat-buat.
Bu Clara mengerutkan dahinya, dia berpikir sebentar. Rasanya baru saja dia akan membuat konferensi pers mengenai skandal Jovan yang penyuka sesama jenis, sekarang anak emasnya itu sudah diterpa isu lain, dia dituduh melakukan hubungan intim dengan seorang gadis di kamar mandi bar. Bu Clara bahkan tidak bisa memilih mana yang lebih baik, keduanya terasa sama saja.
"Kamu kenal dia?" tanya Bu Clara lagi.
"Saya baru kenal setelah kejadian itu. Dia bilang namanya Mira, tapi saya baru tahu kalau nama aslinya Cinta" jelas Jovan. Bu Clara menatap dengan wajah bingung.
"Gadis itu, baru aja jadi model untuk seorang beauty vlogger" lanjut Jovan. Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari video Frida, Jovan menunjukkan pada Bu Clara untuk menonton video itu. Bu Clara memperhatikan video itu dengan seksama. Sebuah ide terlintas dibenaknya. Perempuan itu tersenyum.
"Cari dia dan segera bawa kesini" perintah Bu Clara, menatap Karen dan Jovan bergantian.
"Untuk apa?" tanya Jovan, belum mengerti apa maksud Bu Clara.
"Kita buat cerita kalau kamu dan dia pacaran" jawab Bu Clara dengan santai. Jovan membelalakkan wajahnya, sementara Karen masih terlihat tenang, dia sudah bisa membaca rencana bosnya itu.
"Maksudnya?" tanya Jovan lagi.
"Nanti saja sekalian dijelaskan saat gadis kamu sudah disini" balas Bu Clara dengan wajah malas, dia mengibaskan tangannya, meminta Jovan dan Karen untuk segera meninggalkan ruangannya dan segera mencari Cinta.
Jovan pasrah saja dengan semua ide yang saat ini hanya bosnya yang tahu. Satu hal yang dia syukuri hari ini, Bu Clara belum memintanya untuk memutuskan kontrak kerja dengan agensinya. Karen sudah berdiri dan berjalan duluan, dengan langkah lesu Jovan mengikuti Karen. Hari ini dia harus menemukan gadis itu.
________
hai up baruu
ditunggu selalu dukungannya ya para reader tersayang
happy reading