The true love never ends, mungkin sepatah kata inilah yang saat ini menguatkanku untuk mencari sosok dan arti dari cinta sejati sesungguhnya. Mencari sosok pangeran yang telah terlukis dalam jalinan takdir yang tergaris.
"Apa benar jika buku ini akan berhasil 90%? Jika memang benar, betapa beruntungnya aku, ya Tuhan." ucapku sambil mendekap buku itu dan menjatuhkan tubuhku pada sebuah kasur yang empuk.
"Baiklah, baiklah Yuan Lin. Kita mulai sekarang. Hal pertama yang harus kulakukan untuk menaklukan cinta adalah…" ucapku sembari terus membuka sebuah halaman pertama dengan judul What is love. Di halaman pertama aku mulai tertarik dengan buku tips cinta ini. Ada sebuah kata yang bisa kuambil pelajarannya.
"Bukan cinta jika sang pecinta memandang rupa, bukan cinta jika sang pecinta tak saling mengasihi dengan sesama. Jika kau benar-benar mencinta, kau akan melengkapinya, menghapus luka derita mempersuntingnya menjadi permata."
Kata-kata itu mulai membuka mata hatiku, aku mulai menanyakan pada diriku tentang apa yang membuatku tertarik pada sosok pria itu. Benarkah jika cintaku ini tak tulus pada Jianghan? Apakah aku tertarik dengannya hanya karena memandang rupa? Lalu, bagaimana dengan cintaku yang juga ikut kokoh bertahan walau banyak halang rintang, apakah ini bukan cinta? Mungkinkah ini nafsu belaka?
Aku mulai membuka halaman selanjutnya.
"Bagi dirimu yang telah merasakan indahnya bercinta. Cinta bukan hanya sekedar mengungkapkan rasa dalam dada disertai dengan tubuh yang ikut menggigil gemetar, bukan pula perasaan manis yang datang menjumpa raga. Tapi, cinta akan selalu ada, tumbuh dan menyatu dalam jiwa. Tanpanya kau rapuh, dengannya kau akan tangguh." Kali ini dadaku ikut bergetar, seakan aku bisa merasakan kehadirannya di sisiku. Hatiku mulai hangat.
Aku mulai menggigit bibirku dan mulai membalik halaman selanjutnya.
"Pernahkah kau mendengar bahwa cinta adalah sehati sejiwa? Lalu, bagaimana dengan kisah Romeo dan Juliet yang tewas dalam peristiwa mengerikan, bagaimana dengan kisah fantastis Bonny dan Clyde yang tewas dalam pengejaran? Jadi, apakah itu cinta?"
Aku kembali membuka halaman.
"Cinta adalah rasa yang tak pernah bisa dijelaskan, namun orang bilang cinta adalah anugerah dari sang pencipta. Kau sakit, bahagia, perih, terluka, menderita, senang, kesal bisa kau rasakan jika kau telah mencinta. Tapi, justru cinta sejatilah yang akan membawamu pada kebahagiaan yang hakiki, karena ia takkan pernah meninggalkanmu walau kau berada dalam posisi terendah sekalipun."
"Love never fails you."
Aku mulai menghirup udara sekitar dan mataku mulai menatap dinding-dinding kamar sembari merasakan setiap hembusan napas dan jantung yang sering bergetar setiap aku mengingat namanya.
Kuterus membuka halaman selanjutnya satu per satu tanpa terlewatkan. Mataku tiba-tiba terbelalak kaget melihat sebuah tips untuk menaklukan hati sosok pria dingin di halaman ke-22. Nampaknya, buku ini tahu apa yang kuinginkan.
"12 cara ampuh menarik perhatian pria dingin." bacaku yang mulai menyeringaikan bibir seakan tak percaya bahwa aku sungguh menemukan apa yang kubutuhkan. Beruntung sekali, Shu In mendapatkan buku ini. Aku mulai menyimak dan membacanya dengan seksama seakan aku tak mau kehilangan satu kesempatan sekalipun, aku juga tak mau sampai salah langkah yang bisa berakibat fatal terhadap garis takdir cintaku.
"Cara pertama, berpenampilan menarik dan coba tuk menyapanya terlebih dahulu." Aku mulai terperangah, apakah cara ini bisa meluluhkan hatinya seperti lelehnya margarin di atas penggorengan panas?
"Pancarkan aura kecantikanmu, beri dia senyuman yang tulus dari hati." gumamku yang melanjutkan membaca. Pikiranku mulai menjurus ke suatu hal anarkis yang bisa kujadikan senjata esok ketika aku bertemu dengan Jianghan.
"Baiklah, aku akan melakukannya satu per satu. Besok akan kucoba tips pertama ini." ucapku yang mulai menganggukan kepalaku.
Keesokan harinya, mentari mulai menyebarkan sinar kegembiraan tuk menyambut hari baru yang penuh gemilang. Hari ini aku akan tampil berbeda sesuai dengan buku yang kubaca. Akan kupastikan hari ini, aku akan menjadi sosok Yuan Lin yang menyenangkan.
"Y-yuan Lin?" panggil Ibuku yang mulai mengusap kelopak matanya di depan pintu kamarku,
"Benarkah jika kau adalah Chen Yuan Lin, anakku?" Aku hanya tersenyum sembari menganggukan kepala tuk membalas Ibuku.
"Apa yang kau lakukan dengan penampilanmu? K-kau?" Ibuku mulai menatap heran diriku yang kali ini tampil berbeda tak seperti biasanya. Lebih rapi, tentu lebih mempesona.
"Apa aku terlihat mempesona, Ibu?" tanyaku sembari membenahi rambut pendekku yang kumodel agak sedikit ikal sehingga memberi kesan bahwa aku layaknya seorang Marilyn Monroe, sosok wanita tercantik di masanya. Tak lupa aku juga mulai memoles beberapa makeup ringan di wajahku seperti bedak dan lipgloss. Kau tahu, ini pertama kalinya aku menggunakan lipgloss, rasanya agak aneh seperti memakan minyak.
Ibuku mulai mengangguk mengiyakan.
"Baiklah, Ibu aku akan berangkatke sekolah. Doakan anakmu ya, Bu." ucapku yang mulai menyebarkan aura positif pagi ini. Kulihat Ayahku juga mulai menggaruk kepalanya seakan kebingungan dengan tingkah lakuku yang berubah menjadi sosok menyenangkan dan tak memberikan muka masam seperti biasanya.
"Ada apa dengan putrimu?" tanya Ayahku pada Ibuku yang tengah mengantarkanku sampai gerbang rumah.
"Entahlah. Aku juga tak tahu." Sembari mengangkat bahunya.
Aku mulai mengayuh sepedaku agar segera sampai di sekolah. Kali ini aku akan mencoba untuk datang lebih awal ketimbang Jianghan, karena aku akan melakukan suatu hal yang tak bisa ia duga.
Lorong sekolah mulai ramai dengan siswa -siswi beberapa diantara mereka mulai memperhatikanku dari atas hingga bawah dengan aneh. Aku mulai melempar senyum dan mengatakan "Hai!" ke setiap orang yang kukenal.
"Ada apa dengan Yuan Lin, tak biasanya ia seperti ini?"
"Kurasa ia sudah tidak waras." bisik beberapa siswi dengan sinisnya di depan tangga. Aku hanya mencoba untuk tersenyum manis meresponnya. Karena yang kutahu, tuan putri tak boleh marah-marah. Itulah yang kubaca dari buku semalam.
"Hai, Yuan Lin." panggil beberapa siswa sekolah dengan ramahnya padaku. Kau tahu, ini tak seperti biasanya mereka menyapaku demikian. Apalagi beberapa diantaranya mengatakan bahwa aku terlihat cantik pagi ini. Rasanya kepalaku ingin meledak karena pujian yang pria itu katakan. Aku jadi penasaran bagaimana dengan ekspresi wajah Jianghan ketika melihat penampilan anggunku.
Kulihat beberapa pria sekolah mulai menghampiriku satu per satu dan mencoba untuk berbicara padaku yang tengah berdiri di depan kelas.
"Yuan Lin, apa kau mau memberiku nomor ponselmu?" tanya seorang pemuda dengan seragam rapi berkulit putih bersih bak salju.
Aku hanya tersenyum membalasnya, "Tentu."
Kurasa buku itu benar-benar manjur, hanya dengan mengubah penampilan saja aku sudah bisa membuat beberapa pemuda berbagai kelas jatuh hati. Aku semakin tak sabar menunggu kedatangan Jianghan yang melihat penampilan baruku.
Namun, suatu hal terjadi ketika seorang pria datang menghampiri hingga membuat beberapa lelaki yang datang menghampiriku terdiam sejenak sebelum mereka pergi.
"Yuan Lin?" panggil sosok pria itu dengan suara serak basah khas milik pria perkasa.
"Oh, hai Jianghan!" sapaku pagi ini hingga membuat beberapa kawanan pria membubarkan barisan. Kulihat matanya mulai menatapku dari atas sampai bawah.
"K-kau?" Jianghan mulai mematung dengan mulut yang sedikit terperangah untuk beberapa saat memandangku.
Aku mulai mengernyitkan dahiku, "Kau? Kau apa Jianghan?"
"K-kau?" lagi-lagi Jianghan tak bisa meneruskan pembicaraannya. Sebenarnya apa yang ia ingin utarakan? Aku mulai menyidik dengan penuh rasa penasaran. Terlihat sesekali ia mulai menghela napasnya dan mulai menatap wajahku.