Malam ini menjadi malam yang paling serius yang pernah kulakukan. Kali ini tepat jam menunjuk sudah tengah malam, tapi kali ini pembicaraan berubah menjadi agak menegangkan bahkan cukup serius, tak seperti sebelumnya yang memiliki sisi canda tawa. Zhai Lian tiba – tiba saja memberikan petuah atas semua yang terjadi padaku. Bahkan ia juga memperingatkanku untuk tetap melakukan apapun yang kusuka. Ini bukan tanpa suatu sebab ia bicara begitu, apakah benar kalau Zhai Lian sungguh tahu apa yang ada dipikiranku.
Aku pun mulai menggelengkan kepalaku sambil terus menyadarkan diriku, tak mungkin juga kalau dia tahu apa yang kurasa dan apa yang kupikirkan. Toh, dia bukan seorang cenayang yang bisa tahu segala hal.
Kali ini, jam di dinding sudah menunjuk pukul satu dini hari, tapi kedua mataku masih enggan terpejam seakan ada suatu hal yang membuatku tak tenang dan di pikiran masih mengganjal. Hatiku merasa gelisah sembari terus memandangi langit – langit kamar Asrama.