Sore itu, jam sudah menunjuk pukul tiga sore. Kurebahkan tubuhku di atas kasur sambil menatap langit – langit kamar. Kupandangi hadiah yang diberikan oleh Zhai Lian pagi ini. Satu buah gaun indah berwarna biru muda lengkap dengan sepasang sepatu indah nan modis. Setelah memanggil Shu In dan meminta bantuannya untuk mengarahkan untuk merias wajahku, kini aku malah semakin kebingungan dengan jalannya pesta nanti malam. Apakah akan sama seperti yang ada di kisah fairytale dan juga drama – drama di televisi? Kalau memang iya, pasti akan sangat meriah di sana. Bukankah aku harus menjaga image supaya tetap terlihat anggun, baik dan berwibawa? Apalagi di sana nanti Jianghan akan mengenalkanku sebagai kekasihnya, ya kekasih pura – pura atau settingan saja.
Di tengah lamunan dan khayalanku yang sangat besar, seketika langsung terpatahkan oleh realita di mana tiba – tiba senyumku semakin melebar ketika melihat isi pesan yang baru saja dikirimkan oleh Zhai Lian.