Chereads / Lihat aku, Aku melihatmu / Chapter 9 - Bright - Part 8

Chapter 9 - Bright - Part 8

Tok Tok

..

" masuk"

Begitu mendengar suara kakek aku langsung membuka pintu ruangannya dan melangkah masuk. Kakek telah menungguku ternyata dengan beberapa orang yang aku tau orang-orang itu adalah Direktur-direktur di kantor kakek yang merupakan seorang CEO. aku sudah bisa menebak alasan kakek memintaku datang hanya dengan melihat orang-orang itu.

Aku duduk tepat di sebelah kanan kakek. Aku memberikan wai kepada orang-orang yang ada di ruangan ini.

" Kenapa kakek meminta bright kesini?" tanya ku.

Kakek berdeham. " Perkenalkan bright ini direktur di setiap cabang kantor kakek" bukannya menjawab kakek justu mengenalkan ku pada orang-orang yang berada di sini. Ada 6 orang. Aku rasa itu hanya beberapa cabang karena yang aku tau kakek memiliki banyak kantor cabang.

" Swadeekhap. Namu ku bright"

" Hari ini maksud kakek..."

Ucapan kakek terpotong karena deringan telpon ku. Aku menatap orang-orang yang di ruangan ini dengan tatapan meminta maaf. Kulirik ponselku, ternyata panggilan dari nanon. Aku abaikan panggilannya dan meminta maaf dan meminta kakek untuk melanjutkan.

"Maaf karena..." lagi. Ucapan kakek terpotong lagi karena panggilan dari ponselku. Dan itu tetap dari nanon.

" Jawab dulu panggilannya bright. Sepertinya penting" ujar kakek.

Aku berdiri dan berdiri di sudut ruangan kakek, sedikit jauh dari sofa yang di duduki kakek dan karyawannya, Di kaca pembatas ruangan yang melihatkan pemandangan jalanan di luar.

" Ada apa nanon? Phi sedikit sibuk..."

" P'pleum sudah pulang" potong nanon. Lalu apa hubungannya denganku?

" Apa hubungannya dengan phi? Jika kamu menguhubungi phi hanya untuk itu? Phi sibuk saat ini" balasku kesal. Nanon menghubungi ku 2 kali -hal yang tidak pernah dilakukannya- hanya karena pluem sudah pulang?. Bikin kesal aja

" Dengarin nanon selesai dulu phi. " kesal nanon.

" Jelaskan. Phi harap itu bukan sesuatu yang mejengkelkan"

" Dengarkan baik-baik. Jangan dipotong ucapan nanon karena nanon tidak akan mengulangnya untuk kedua kalinya. "

" Cepatlah. Phi benar-benar sibuk"

" Phi pluem pulang tadi siang sekitaran jam 2. Dia mempercepat kepulangannya karena ingin mengatakan sesuatu yang penting. Ternyata hal yang penting itu adalah p'pluem sudah melamar chimon dan mereka akan bertunangan sebulan lagi lalu mereka akan menikah begitu chimon lulus sekolah. Saat ini, kedua orang tau nanon dan kedua orang tua p'bright tengah di rumah chimon untuk membahas pertunangan p'pluem dan chimon. Lalu p'win..."

Kututup panggilan dari nanon. Dan aku langsung berlari keluar dari ruangan kakek. Sebelum keluar tadi aku sempat meminta maaf pada kakek lalu langsung berlari dan menghiraukan panggilan kakek.

Aku terus berlari sampai di depan lift dan menekan tombol lift dengan tidak sabar. Pikiranku saat ini penuh dengan win. Bagaimana perasaan win saat mengetahui kabar ini. Aku takut, sangat takut jika win terluka, meskipun aku tau jika win pasti akan terluka. Win sangat mencintai pluem. Rasanya aku sangat ingin menonjok wajah alaim si pluem.

Selagi didalam lift aku mencoba menelpon mama untuk menanyakan keadaan di sana. Aku ingin tau keadan win. Mama langsung mengangkat panggilan ku di deringan pertama.

"Halo bright. " jawab mama lembut.

"Mama di mana sekarang?"

"Dirumah paman gun. Kenapa sayang?"tanya mama bingung.

"Paman taynew dan juga pluem masih disana ma?"

"emm? Masih. Bagai..."

"Apakah win sudah mendengar masalah pertunangan pluem dan chimon?" potongku tidak sabar.

" Sudah. Bright bagai..."

" Lalu dimana win sekarang ma?" desak ku.

" Win istirahat di kamarnya setelah mendengar rencana pertunangan pluem dan chimon." Jelas mama. Mendadak tubuhku merasa lemas. Seketika pikiranku di penuhi dengan tindakan-tindakan bahaya yang mungkin akan di lakuin oleh win. Bahkan terlintas di pikiranku win akan melukai dirinya.

Tidak. Itu tidak boleh terjadi.

Aku langsung menelpon win. Aku berharap win mau mengangkat panggilanku. Pada deringan kelima win mengangkat paggilanku.

"Halo p'bright" jawab win dengan suara seraknya. Win ku menangis, dan itu melukai hatiku.

"Win. Kamu nangis?"

" Tidak. Kenapa p'bright menelpon?" tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Jangan berbohong" desakku tanpa sadar.

" Aku tidak bohong" suaranya, aku tau di berbohong. Sungguh aku tidak suka mendengar suara lirihnya. Suaranya sangat menyakitiku.

" Kamu tidak apa? Apakah phi harus kesana?" tanyaku lirih. Win menangis. Tangisannya sangat menyakitiku.

" P'bright. Ini sangat sakit" ujarnya sambil menangis. Aku merasakan ribuan kali lipat lebih sakit saat mendengar suaranya.

"Tunggu phi. Phi akan sampai dengan cepat. Berhentilah menangis" aku berlari dengan cepat menuju mobilku begitu keluar dari lift.

" Aku sudah mencoba. Tapi tidak bisa phi, ini sangat menyakitkan. " balasnya masih sambil menangis.

" phi sudah di mobil dan phi berusaha sampai secepat yang phi bisa. Tapi phi mohon, jangan pernah melukai dirimu karena itu akan menyakiti phi Juga"

Aku tutup panggilanku dengan win dan melajukan mobilku secepat yang aku bisa. Aku menerobos lampu lalu lintas yang aku lewati. Bahkan aku hampir menabrak mobil lain yang berlawanan arah dariku. Aku tetap melajukan mobilku dan mengabaikan kekacauan lalu lintas karena ulahku. Yang ada di pikiranku adalah bagaimana cara menghentikan tangisan win. Aku benar-benar tidak suka mendengarnya menangis.

Aku sampai di rumah win 15 menit kemudian, benar-benar cepat dari waktu yang biasanya memakan waktu 30 sampai 35 menit. Aku bergegas masuk kedalam rumah win yang kebetulan pintunya tidak di kunci. Aku berlari hingga keruang keluarga rumah win. Di sana aku melihat kedua orang tuaku, orang tau win dan orang tua pluem, juga pleum dan chimon, tanpa win.

"Dimana win?" tanyaku begitu sudah di ruang keluarga. Semua yang di ruangan ini melihatku dengan keget.

" Bright kapan kamu sampai?" tanya papa.

" Dimana win?" ulangku dan mengabaikan pertanyaan papa.

"Win di kamarnya bright" jawab paman gun lembut.

Aku bergegas lari menuju kamar win yang berada di lantai 2 rumah ini. Biarlah aku dianggap tidak sopan, itu tidak penting untukku saat ini, yang penting bagiku saat ini adalah win.

Aku menggedor pintu kamar yang aku yakini sebagai kamar win karena di depan pintu kamarnya ada gantungan namanya.

" Win buka. Ini p'bright"

Win membuka pintu kamarnya. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah mata win yang memerah dan bengkak. Wajahnya penuh dengan air mata. Penampilannya kusut tidak seperti tadi saat aku mengantarnya pulang.

" P'bright" ujarnya sambil menitikan airmatanya. Aku peluk dirinya langsung dan menenggelamkan wajahnya di dadaku. Tangisnya tumpah begitu saja. Bukan hanya tangisanya saja yang pencah, aku juga. Air mataku keluar begitu saja saat mendengar tangisnya secara langsung.

Ini sangat menyakitkan, bahkan jauh lebih menyakitkan dari pada saat aku mengetahui bahwa win menyukai pluem. Jauh lebih menyakitkan dari pada saat melihat win yang selalu menatap pluem. Ini menyakitkan karena aku harus melihat orang yang sangat aku cinta terluka begitu dalam tanpa tau apa yang bisa kulakukan.

" Berhentilah menangis nong. Ini benar-benar menghancurkan hatiku."