"Huek,"
Dea meringis kecil kala mendengar Zulfa yang mual, bukan dirinya jijik atau apapun itu. Ia belum pernah hamil —ya iyalah suami aja gak punya, belum nikah juga mana bisa hamil—, jadi dirinya tidak tau apa yang saat ini dirasakan oleh sang sahabat yang terlihat wajah pucatnya.
"Vin, tolong bawain air minum dong kesini!" pekik Dea, ia memang menemani Zulfa pergi ke kamar mandi takut kalau wanita tersebut lemas bisa saja pingsan. Jadi, ya cara amannya adalah ikut masuk ke dalam kamar mandi.
"De, mual tapi gak mau keluar." ucap Zulfa sambil menolehkan kepala ke arah Dea, kedua alisnya terlihat menurun pertanda kalau dirinya pasrah walaupun rasanya perut seperti ada yang mengguncang.
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, terlihat ada satu tangan yang masuk sambil memegang segelas air mineral. "Ini tolong di ambil gelasnya, saya tidak akan masuk ke dalam." Ini adalah suara berat Kevin, ia tidak memiliki kewajiban masuk ke dalam kamar mandi disaat ada wanita di dalamnya.