Setengah bab ini dan satu bab sebelumnya, alur dimajukan ya guys. Happy reading!
//
"Jadi, Tuan Farel adalah Ayah dari janin?"
Farel hampir membelalakkan kedua bola matanya kalau saja Rani tidak menginjak kakinya seolah-olah memberikan pertanda kalau ia harus mengiyakan saja apa yang ditanyakan oleh sang dokter.
Tentu saja dirinya bimbang, pasalnya sudah sangat jelas di mata masyarakat kalau dirinya ini menikah dengan Zulfa dan bukan dengan Rani. Ia mengulas sebuah senyuman, menatap sekilas ke arah gadis di sebelahnya lalu kembali memusatkan pandangan pada dokter wanita itu.
"Bukan, Dok. Saya hanya di suruh mengantar karena Ayah dari sang janin ada meeting mendadak, jadi tak bisa hadir."
Rani yang mendengar itu pun hatinya langsung terasa melengos, begitu menyesakkan ternyata kalau Farel pun tidak ingin mengaku --oh pura-pura mengaku-- kalau yang di perutnya itu hasil mereka.